Rilis data pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun 2019 membawa kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar. Bagaimana tidak, pada kuartal III ini, pertumbuhan ekonomi domestik diprediksi tumbuh tak sampai 5%, melambat dari kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 5,05%.
Bak bersiap diri untuk 'gigit jari' alias kecewa dengan rilis data pertumbuhan ekonomi, pelaku pasar pun mulai mengambil sikap dengan menjauhi aset investasi berbasis keuangan, yakni rupiah. Alhasil, sejak pembukaan pasar spot Selasa (5/11/2019) pagi, rupiah sudah tertekan -0,04% ke level Rp14.015 per dolar AS.
Baca Juga: Jelang Tanda Tangan Kesepakatan Dagang, China Terus Desak Trump Lakukan Ini
Seiring berjalannya perdagangan, tekanan yang diterima rupiah semakin dalam, yakni menjadi -0,09% ke level Rp14.028 per dolar AS. Bahkan, beberapa saat lalu, rupiah dibuat keok hingga ke level Rp14.036 per dolar AS.
Tak cukup dengan sentimen rilis data pertumbuhan ekonomi, pergerakan nilai tukar rupiah semakin terbatas tatkala dijegal oleh sentimen teknikal. Dalam sebulan terakhir, rupiah mengalami kenaikan sebesar 0,90% sehingga wajar jika pelaku pasar melakukan aksi profit taking yang berimbas pada tekanan jual terhadap mata uang Garuda.
Baca Juga: Dolar AS Keok, Rupiah Ngetop di Asia!
Dengan bayang-bayang tekanan jual, rupiah pun terkoreksi di hampir semua mata uang dunia, termasuk dolar Australia (-0,02%), euro (-0,03%), dan poundsterling (-0,08%).
Di Asia pun, rupiah tak dapat berbuat banyak. Sebagai mata uang terlemah ketiga di Asia setelah yen (0,10%) dan ringgit (0,06%), rupiah kini terkontraksi di hadapan won (-0,25%), yuan (-0,15%), dolar Hongkong (-0,11%), dan dolar Singapura (-0,11%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: