Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan kembali ke level 6.600 poin pada akhir tahun ini. Head of Equity Research BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin menilai bila performa IHSG akan terdongkrak oleh dua sentimen positif, yakni tren penurunan suku bunga perbankan dan valuasi saham yang sudah menarik.
"Kami berpendapat bahwa tidak ada resesi di AS dan pasar saham di Indonesia akan bullish. Kami prediksi IHSG di akhir tahun ini kembali ke level 6.600. Terkait kebijakan intereat rate, kecederungan di Indonesia bahwa suku bunga (BI 7day Reverse Repo Rate) akan ada pemangkasan lagi,” katanya dalam acara "BNI Sekuritas Investment Forum: Navigating Through Global Uncertainties" di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Baca Juga: Sempat Tinggalkan Level 6.200, IHSG Kontraksi -0,74% di Akhir Sesi II
Menurutnya, valuasi saham yang sudah menarik bagi investor tercermin dari pola penurunan IHSG yang tidak terlalu dalam, meski dibayangi sentimen negatif mengenai isu perang dagang AS-China sejak tahun lalu. "IHSG dalam dua tahun terakhir belum kembali ke puncaknya yang sempat disentuh di level 6.600-an," terangnya.
Ia meliat jika secara historis, dua tahun pasca terjadi krisis global, laju IHSG akan kembali ke level puncak. "Biasanya, setelah terjadi krisis global, IHSG butuh waktu dua tahun untuk kembali ke puncak. "Sampai akhir 2019, IHSG akan ke level 6.600. Pada tahun 2020, IHSG akan naik paling tidak 10 persen dari penutupan tahun ini," ucap Kim.
Selain itu, kmembaiknya IHSG juga akan didorong oleh kenaikan harga saham-saham blue chip dari sektor perbankan dan telekomunikasi.
Baca Juga: Ratusan Miliar Rupiah Menguap dari Pasar Saham, Bursa Domestik Kritis!
Dimana, saham-saham perbankan yang akan bergerak naik antara lain, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Selain itu, kenaikan tinggi juga akan terjadi pada saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), serta saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Namun Kim menyebutkan bahwa menjelang akhir tahun ini ada dua sentimen negatif yang membayangi laju IHSG. "Pertama, earning growth selama sembilan bulan pertama di 2019 lebih rendah dari ekapektasi investor," ujarnya.
Lalu, investor pun masih menilai Indonesia memiliki fundamental perekonomian yang sama dengan negar aemerging market lainnya. "Sebetulnya fundamental emerging markets selain Indonesia, jauh lebih buruk. Fundamental Indonesia masih cukup baik dan pertumbuhan ekonomi 2019 bisa mencapai 5 persen," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri