Nilai tukar dolar AS menguat di hampir semua mata uang dunia karena ditopang oleh kabar bahwa AS-China siap menghapus tarif impor tambahan masing-masing sebagai bagian dari kesepakatan dagang tahap I. Hal itu lantas membuat dolar AS tampil perkasa di hadapan dolar Australia, dolar New Zealand, dan dolar Kanada.
Tak hanya itu, mayoritas mata uang Asia pun mampu dibungkam oleh dolar AS, seperti halnya yuan, won, dolar Singapura, baht, dolar Taiwan, dan rupiah. Hanyalah yen dan dolar Hongkong yang terpantau masih kokoh melawan dolar AS.
Baca Juga: AS-China Berani Hapus Tarif Impor, Yakin Nih Trump dan Xi Jinping?
Sejak pembukaan pasar spot Jumat (8/11/2019), rupiah terdepresiasi -0,11% ke level Rp14.005 per dolar AS. Depresiasi tersebut bertambah tebal menjadi -0,20% ke level Rp14.023 per dolar AS, terhitung sampai dengan pukul 09.57 WIB.
Berbanding terbalik dengan dolar AS, di penghujung pekan ini rupiah bergerak dengan kecenderungan melemah di hampir semua mata uang dunia. Mata uang euro dan poundsterling memosisikan rupiah dalam tekanan masing-masing sebesar -0,23% dan -0,18%. Beruntung, rupiah masih unggul tipis terhadap dolar Australia sebesar +0,06%.
Baca Juga: Trump-Xi Jinping Ribut, Rupiah Jadi Kalang Kabut!
Sementara itu, di jajaran Asia, rupiah kini resmi menjadi mata uang terlemah ketiga di Benua Kuning setelah ringgit (+0,18%) dan baht (+0,15%). Adapun di hadapan mata uang Asia lainnya, rupiah terkoreksi cukup dalam oleh yen (-0,22%), dolar Hongkong (-0,22%), dolar Taiwan (-0,17%), yuan (-0,10%), won (-0,08%), dan dolar Singapura (-0,04%).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: