Ini 4 Negara yang Bakal Pimpin Penggunaan Jaringan 5G, Ada Indonesia?
China, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea akan menyumbang lebih dari setengah pelanggan jaringan seluler 5G secara global pada 2025, jauh meninggalkan Eropa.
Eropa bergerak lebih lambat dalam pembangunan jaringan telekomunikasi kelima itu, sehingga akan tertinggal dari segi jumlah konsumen. Namun, gambaran berbeda terlihat di sektor bisnis, di mana 5G dapat menyokong pabrik pintar menggunakan robot, perangkat Internet of Things (IoT), dan sensor yang terhubung.
"Keempat negara itu akan jadi sejumlah negara yang memimpin adopsi jaringan 5G, sedangkan yang lain akan mengikuti," kata Kepala Penelitian di GSMA Intelligence, Tim Hatt, dikutip dari Reuters, Jumat (8/11/2019).
Baca Juga: 'Musuh' Amerika Sudah Komersialisasi Jaringan 5G, Harga Paket Datanya Capai Jutaan Rupiah!
Peluncuran jaringan 5G dengan kecepatan yang 10x lipat dari 4G, mengejutkan banyak orang. Nokia, baru-baru ini menginvestasikan banyak uang untuk mengembangkan teknologi 5G yang akan ia jual ke operator telekomunikasi.
GSMA memperkirakan, "di Korea, 66% koneksi seluler akan bertransformasi menjadi 5G pada pertengahan dekade, diikuti oleh Amerika Serikat dengan 50% dan Jepang 49%."
Dalam jumlah keseluruhan, China akan mendominasi 5G dengan 600 juta koneksi 5G. Secara global, 1,57 miliar orang diperkirakan akan mengimplementasikan jaringan 5G pada 2025 alias 18% dari total pengguna ponsel.
Penerapan awal 5G akan disertai dengan harga paket data yang lebih mahal dan lebih banyak 15%-20% daripada 4G.
Dengan standar yang mulai berlaku dalam beberapa tahun guna mendukung pengembangan industri IoT, Eropa menilai, penggunaan 5G di sektor bisnis merupakan cara yang lebih menjanjikan untuk menutup pengeluaran besar dalam pengembangannya
Dibandingkan menjual 5G ke klien perusahaan, Hatt menyarankan operator untuk menjajakan jaringan itu kepada pengelola proyek-proyek IoT; pasar yang GSMA prediksi akan bernilai US$1 triliun pada 2025.
Meski begitu, hanya akan ada 5% proyek konektivitas seperti itu, membuat para operator harus bersaing dengan perusahaan konsultan global dan perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon ataupun Microsoft.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna