Kredit Foto: Sindonews
Mantan Wakil Ketua Parlemen Belgia, Lode Vanoost, mengatakan kepada Russia Today, Jumat (8/11/2019), bahwa retorika berani dari Macron bukan hanya beberapa kata-kata mewah, tetapi kemungkinan merupakan strategi yang disusun dengan baik untuk memberikan tekanan pada negara-negara Uni Eropa lainnya. Vanoost menunjukkan bahwa Macron melihat keluarnya Inggris dari Uni Eropa sebagai kesempatan untuk menjadi pemimpin yang tidak perlu dari apa yang tersisa dari blok NATO. Vanoost mencermati retorika Macron dengan menduga bahwa Prancis sebagai produsen senjata besar sedang mengejar agendanya sendiri. Vanoost juga setuju bahwa Eropa harus melepaskan diri dari AS.
“Apa yang dapat dilakukan Uni Eropa (UE) adalah menemukan cara lain untuk berurusan dengan urusan geostrategis—melalui diplomasi, ekonomi, dan lain-lain. Itulah yang tidak dikatakan Macron karena ia memiliki agendanya sendiri. Jangan lupa apa yang dilakukan Tentara Prancis di Afrika Barat," katanya.
Pada saat yang sama, mantan anggota parlemen itu mengatakan bahwa dia sama sekali tidak setuju dengan penilaian Macron bahwa UE berdiri di "tepi jurang" menghadapi semacam "ancaman eksistensial."
"Ada beberapa masalah besar di UE—ekonomi dan sosial, dan memang ada masalah, tetapi dengan kata lain itu hanyalah retorika yang mengkhawatirkan," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Shelma Rachmahyanti
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: