PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) memborong tiga kapal bekas guna mengejar target penjualan besi scrap untuk bahan baku baja pada tahun 2019 ini yang mencapai 24 ribu ton. Menurut perhitungan OPMS, ketiga kapal bekas tersebut akan menghasilkan sejumlah 7,3 ribu ton besi scrap.
Direktur OPMS, Alan Priyambodo Krisnamurti, menilai bahwa pembelian kapal bekas tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan bisnis perusahaan. Ia pun optimis, OPMS mampu merealisasikan target pendapatan di tahun ini yang berkisar antara Rp100 miliar hingga Rp110 miliar.
Baca Juga: Beuh! Asing Keroyok Saham Perbankan: BRI, Mandiri, BCA, dan. . . .
"Sebagai perusahaan pionir bisnis besi scrap di Indonesia, kami optimistis pasar kami masih terbuka luas. Apalagi, kebutuhan terhadap baja juga masih akan tinggi sejalan dengan agenda pembangunan infrastruktur pemerintah," jelas Alan dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi WE Online, Jakarta, Jumat (15/11/2019).
Sekretaris OPMS, Rubbyanto P.H. Handaja, menambahkan bahwa tiga kapal bekas yang dibeli itu berjenis kapal muatan (KM), yakni KM Mentari Perdana dengan berat 4.188 gross tonnage (GT), KM Mentari Sentosa seberat 4.980 GT, dan KM Mentari Persada seberat 7.312 GT.
Saat ini, menurutnya, tiga kapal tersebut telah dikirim dari sekitar Pelabuhan Tanjung Perak menuju Kamal, Madura, yang akan menjadi lokasi pemotongan kapal bekas menjadi besi scrap oleh OPMS. Satu dari tiga kapal tersebut sudah sampai di daratan, sementara dua lagi saat ini masih di lautan.
“Tiga kapal bekas yang kami beli sudah menjalani semua prosedur yang kami terapkan dalam setiap pembelian kapal hingga akhirnya kapal dikirim dan dilakukan pemotongan,” kata Rubby.
Baca Juga: Fokus Usaha ke Bisnis Besi Bekas, Harga Saham OPMS Naik Kelas!
Menurut Rubby, perusahaan memiliki instruksi kerja pengiriman kapal yang mesti diterapkan dalam setiap proses pembelian kapal. Setelah negosiasi disetujui antara OPMS dengan pihak penjual, perusahaan akan segera melakukan inspeksi kapal dengan menakar kondisi dan potensi bahan baku baja yang dihasilkan dari kapal tersebut.
Dengan rampungnya inspeksi kapal, perusahaan lalu melakukan pengiriman kapal ke Madura. Setelah kapal tiba dan kemudian bersandar, proses pemotongan kapal mulai dilakukan.
“Butuh proses yang cukup panjang hingga akhirnya kapal bekas yang kami beli dapat dipotong dan kemudian diproses untuk menjadi bahan baku baja yang siap dijual ke pasaran,” papar Rubby.
Baca Juga: OPMS Targetkan Laba Lompat 30% Tahun Depan
Alan kembali menjelaskan, kebutuhan bahan baku besi scrap juga didukung oleh ketersedian kapal-kapal tua yang berada di berbagai wilayah Indonesia. Saat ini, usia rata-rata kapal yang ada di Indonesia antara 20-25 tahun. Sementara, perusahaan asuransi hanya membiayai kapal yang usianya tidak lebih dari 25 tahun.
Mengacu data Indonesian National Shipowners Association (INSA) pada 2016, jumlah kapal di Indonesia mencapai lebih dari 24.000. Dari jumlah itu, sebanyak 1.900 kapal memiliki bobot lebih dari 10.000 DWT.
“Dengan pengalaman, jaringan, dan strategi bisnis yang terukur serta disiplin, kami optimistis kinerja OPMS akan terus tumbuh berkelanjutan. Kami juga akan mengoptimalkan setiap peluang untuk memperkuat fundamental perusahaan, khususnya dalam penyediaan kapal-kapal bekas dengan harga yang efisien,” tutup Alan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih
Tag Terkait: