Gusti! Ancaman Makin Membabi Buta, Trump: China Harus Sepakat dengan Apa yang Saya Suka!
Entah apa yang merasuki Donald Trump sehingga begitu gigih mempertahankan keputusannya untuk tidak memasukkan pembatalan tarif tambahan sebagai bagian dari perjanjian dagang tahap I dengan China. Padahal, hal itu menjadi permintaan utama yang diajukan oleh China kepada AS untuk dapat menyudahi perang dagang yang telah berlangsung selama 18 bulan ini.
Alih-alih mewujudkan keinginan China, Trump justru membalasnya dengan ancaman yang nyata. Ia bersikeras bahwa China harus segera menyepakati perjanjian dagang dengan poin kesepakatan yang disukai oleh Trump.
Baca Juga: OMG! Trump Keras Kepala dan China Putus Asa, Damai Dagang Dibawa ke Mana?
"China harus membuat kesepakatan yang saya suka!" tegasnya seperti dilansir dari Reuters, Jakarta, Rabu (20/11/2019).
Tak hanya itu, secara tegas Trump mengancam akan menaikkan tarif impor ke level yang lebih tinggi jika tidak ada kesepakatan dengan China. Ancaman tersebut tentu saja bukan hanya mengarah pada hubungannya dengan China, melainkan juga mengancam eskalasi perang dagang yang telah memukul pertumbuhan ekonomi secara global.
"Jika kita tidak membuat kesepakatan dengan China, saya akan menaikkan tarif bahkan lebih tinggi," lanjut Trump.
Baca Juga: China Bilang A dan AS Bilang B, Perang Dagang Makin Berabe!
Berbagai ancaman Trump tersebut tak ayal mematahkan optimisme global yang sempat menguat ketika penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, mengatakan bahwa kedua pihak telah saling berkomunikasi dan semakin dekat dengan kesepakatan.
Optimisme global semakin jatuh ketika China mulai menggaungkan rasa pesimis bahwa kesepakatan dagang dengan AS dapat terwujud dalam waktu dekat ini. Pasalnya, China meminta pembatalan tarif sebagai syarat mutlak untuk mengakhiri perang dagang, yang mana hal itu sangat kecil kemungkinannya untuk dapat terwujud.
"Kami mendapat laporan semalam bahwa suasana di China pesimistis... Pasar sangat gugup tentang pembicaraan perdagangan," tegas Kepala Strategi Pasar di broker CMC Markets Sydney, McCarhty, dikutip pada Selasa (19/11/2019).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih