- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Kebijakan Suku Bunga Dinanti, Saham BRI dan BCA Jadi yang Paling Seksi
Bank Indonesia (BI) akan kembali menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu-Kamis, 20-21 November 2019. Salah satu agenda yang akan dibahas ialah kebijakan suku bunga acuan yang diprediksi akan kembali ditahan pada level 5%.
Kebijakan suku bunga menjadi sentimen yang sensitif bagi pergerakan saham-saham perbankan, tidak terkecuali pada perdagangan bursa Rabu (20/11/2019). Meski masih berupa prediksi, tingkat suku bunga tersebut tidak menyurutkan minat investor untuk berbelanja saham dari sektor perbankan.
Baca Juga: Ups! Dolar AS Perkasa di Dunia, Peruntungan Rupiah Masih Dicoba!
Baca Juga: Gusti! Ancaman Makin Membabi Buta, Trump: China Harus Sepakat dengan Apa yang Saya Suka!
Buktinya, dua saham perbankan pelat merah kini eksis bertengger di posisi teratas sebagai saham dengan net buy paling tinggi, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Hingga pukul 10.18 WIB, saham BRI mengantongi nilai beli bersih sebesar Rp66,6 miliar dan membuat harga sahamnya terapresiasi +1,43% ke level Rp4.240 per saham. Sementara itu, nilai beli bersih atas saham BCA mencapai angka Rp27,6 miliar dengan apresiasi sebesar +0,55% ke level Rp31.750 per saham.
Baca Juga: Tjakep! Cetak Rekor MURI, Saham BCA Digandrungi Investor!
Lain halnya dengan dua saham perbankan pelat merah lainnya yang justru terkena tekanan jual, yakni saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Akumulasi jual bersih atas saham BNI mencapai Rp13,2 miliar dan berada pada posisi kedua teratas sebagai saham dengan net sell tertinggi. Namun, harga sahamnya tetap terapresiasi sebesar +0,66% ke level Rp7.650 per saham. Sementara itu, akumulasi jual bersih atas saham BMRI telah mencapai Rp6,8 miliar dengan apresiasi saham sebesar +0,35% ke level Rp7.175 per saham.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih