Sementara itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan bahwa mobil ekspor yang dimiliki Badan Karantina Pertanian sebagai terobosan akselerasi ekspor akan membantu para produsen skala menengah bisa terkonsolidasikan. Sebab, tak semua terkonfirmasi apa saja persyaratan ekspor.
"Makanya proses literasi dan edukasi yang masif akan membuka harapan seperti Pak Menteri sampai tiga kali lipat ekspor," ujarnya.
Baca Juga: SYL Ajak Peneliti Tanaman Hias Bangun Gerakan 3 Kali Ekspor
Di tempat yang sama, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil, mengatakan kinerja eksportasi produk pertaian yang melalui Balai Besar Karantina Petanian Surabaya, Jawa Timur menunjukan tren yang cukup menggembirakan. Dibandingkan tahun 2018, di tahun 2019 hingga 2 Desember masing-masing indikator yakni frekuensi meningkat 8%, volume meningkat dari 18,6 % yang di tahun 2018 hanya 16,3 juta ton menjadi 20,1 juta ton di tahun 2019 dan nilai ekonomi meningkat 100% dari Rp35,3 triliun tahun 2018 menjadi Rp70,8 triliun di tahun 2019.
"Yang akan terus menjadi fokus kerja kami, selaku otoritas karantina, adalah memastikan produk pertanian yang akan diekspor telah terjamin kesehatan dan keamanannya," bebernya.
Menjalankan peran sebagai alat perdagangan atau economic tools, Ali Jamil menyatakan Badan Karantina Pertanian mengambil langkah dengan layanan yang berorientasi mendorong akselerasi ekspor.
"Selain itu, juga mengemban peran sebagai pelindung sumber daya alam hayati Indonesia dengan melakukan pengawasan lalu lintas hewan, tumbuhan, dan produknya di seluruh pintu pemasukan dan pengeluaran NKRI," pungkasnya.
Dalam pelepasan ekspor ini, Mentan SYL sekaligus menyerakan sertifikat ekspor dan dilakukan juga menandatanganan deklarasi ekspor pertanian Jawa Timur tiga kali lipat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum