Bila Perang dengan Iran, Israel Akan Dihujani 1.000 Roket Per Hari
Perang melawan Iran dan Hizbullah akan membuat Israel dihujani lebih dari 1.000 roket per hari, yang menghasilkan pemandangan yang belum pernah terlihat sebelumnya di negara Yahudi. Prediksi itu disampaikan seorang mantan perwira senior Angkatan Udara Israel (IAF) yang tidak disebutkan namanya kepada The Jerusalem Post, Senin (2/12/2019).
"Ini ancaman parah bagi tanah air, dan akan ada gambar yang belum pernah terlihat di masa lalu," katanya.
Baca Juga: Kerahkan Ratusan Rudal Spike Israel, India Berencana Incar Bunker
Menurut sumber tersebut, jika populasi tetap di tempat penampungan, kerusakan utama adalah infrastruktur yang akan ditargetkan oleh rentetan roket dan peluru kendali (rudal) yang ditembakkan ke Israel.
"Ini ancaman yang parah, tetapi orang cenderung berpikir ekstrem," katanya. "Israel tidak akan menjadi nol pada akhir konflik. Kita harus meletakkannya dalam perspektif—orang berpikir Tel Aviv akan diratakan. Iran dan Hizbullah dapat membuat kerusakan, dan pasti akan ada serangan di banyak lokasi dan kerusakan mungkin akan lebih besar daripada di masa lalu, tetapi kita harus meletakkannya dalam perspektif."
"Kita semua harus bersiap untuk hari berikutnya, yang akan berbeda dalam hal apa yang kita lihat, tetapi negara Israel tidak akan pergi. Kita harus melindungi kehidupan dan situs strategis dan itu bisa dilakukan. Infrastruktur dapat dibangun kembali," ujarnya.
Meskipun ada sanksi yang melumpuhkan, Iran memiliki kekuatan rudal terbesar di Timur Tengah, dengan inventaris besar close-range ballistic missiles (CRBM), short-range ballistic missiles (SRBM), dan medium-range ballistic missiles (MRBM) yang dapat menyerang target di seluruh wilayah sejauh 2.000 km dari perbatasan Iran.
Menurut mantan perwira senior IAF itu, krisis pemerintahan di Israel membuka peluang bagi musuh negara untuk mengambil keuntungan dari situasi tersebut. "Tidak memiliki pemerintahan memiliki banyak efek, beberapa di antaranya jelas dan beberapa tidak," katanya.
"Apa yang dipikirkan musuh kita tentang situasi kita? Akankah mereka mencoba mengambil keuntungan dan melakukan sesuatu?," ujarnya.
Baca Juga: Rudal Jelajah Jask Iran Mulai Diproduksi Massal, Teheran Berharap Itu Kejutan buat Musuh
Mantan perwira itu menekankan bahwa semua musuh Israel tidak tertarik untuk memulai perang atau konflik skala penuh. Namun, menurutnya, Iran dan Hizbullah tetap menjadi ancaman utama, diikuti oleh Hamas di Jalur Gaza.
Menurut perwira senior militer yang pensiun tahun 2017 tersebut setelah lama berkarier di Angkatan Udara, Israel sudah berada dalam konfrontasi langsung dengan Iran melalui kampanye "perang-antar-perang" di Suriah.
"Ada aturan yang jelas dinyatakan oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu," katanya. "Target Iran telah dipukul dan dihancurkan, dan dalam setiap kasus, apa yang telah dilakukan Israel adalah konflik langsung, tetapi kedua belah pihak berusaha untuk menyimpannya dalam kotak untuk menanganinya. Itu mungkin meningkat, itu pasti. Kedua belah pihak tidak menginginkan eskalasi. Tetapi kita tidak bisa menerima kehadiran mereka yang mengancam di Suriah. Kampanye ini akan berlanjut," paparnya.
Ada beberapa faktor penahan diri di pihak Teheran seperti kehadiran militer Rusia di Suriah dan kerusuhan di Lebanon dan Irak. Namun, hengkangnya Amerika Serikat dari Timur Tengah telah memberi Iran banyak peluang di mana mereka akan bergerak maju dengan lambat dan bertahap.
Namun terlepas dari kampanye Israel melawan Iran yang dimulai pada 2013, Republik Islam Iran akan terus dengan aspirasi mereka untuk menjadi negara adikuasa regional.
"Mereka akan melanjutkan, tidak ada pertanyaan tentang itu," katanya. “Tapi pertanyaannya adalah seberapa curam lintasannya? Saat ini mereka tidak ingin memulai petualangan yang akan menyebabkan lebih banyak kerusuhan di negara-negara tetangga dan di negara mereka sendiri. Kami mendengar suara genderang perang di seluruh (wilayah), tetapi saya pikir itu adalah cara untuk mengomunikasikan niat mereka," paparnya.
Beberapa hari lalu, seorang jenderal Iran menggemakan ancaman Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang ingin meratakan kota-kota Israel dengan tanah. Jenderal Allahnoor Noorollahi, penasihat utama Pejabat Perguruan Tinggi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dalam pidato untuk memperingati 40 tahun pembentukan pasukan paramiliter Basij di kota Bushehr selatan mengatakan sekutu-sekutu AS di Timur Tengan bukan tandingan Iran.
“Arab Saudi dan negara-negara kawasan itu tidak selevel (dengan) kami dan mereka juga bukan musuh kami. Musuh kami adalah (negara) yang datang ke Kuwait dan membangun enam pangkalan besar di sana. Musuh ini tahu bahwa jika melewati...Kami tidak ingin membahayakan tetangga kami kecuali terpaksa," katanya, seperti dikutip Times of Israel.
Jenderal Noorollahi dalam pidatonya mengatakan bahwa Iran memiliki kemampuan untuk meruntuhkan Haifa dan Tel Aviv—dua kota di Israel—ke tanah. "Iran adalah kekuatan rudal (terkuat) keempat di dunia setelah AS, Rusia, dan China," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti