Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akhir Tahun, IHSG Berpeluang Menghijau

Akhir Tahun, IHSG Berpeluang Menghijau Kredit Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi di bawah level 6.000 sebelum akhirnya beranjak kembali di level 6.011,83 pada akhir pekan. Sepekan terakhir, IHSG melemah 1,45% atau terkoreksi sebesar 3,15% sepanjang November lalu.

Adakah peluang IHSG menghijau jelang akhir tahun?

Budi Hikmat, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management (BTIM), menuturkan, selama 12 tahun terakhir IHSG tidak pernah minus setiap Desember. Salah satu faktor pendorongnya adalah aksi window dressing yang sering dilakukan emiten dan institusi keuangan agar kinerja saham tercatat menawan pada akhir tahun.

"Berdasarkan historikal selama 12 tahun terakhir, IHSG rata-rata tumbuh sekitar 3,5% pada Desember. Jika angka rata-rata ini dijadikan acuan untuk memproyeksikan kenaikan Desember 2019, maka IHSG berpeluang ditutup pada posisi 6222," ungkap Budi Hikmat dalam siaran pers Rabu (4/12/2019).

Baca Juga: Nasib IHSG: Bersakit-Sakit Dahulu, Bersenang-Senang Kemudian

Kendati demikian, Budi mengingatkan, IHSG selengkapnya dipengaruhi lima faktor yang diringkas sebagai earning, liquidity, interest rate, valuation, dan sentiment (ELVIS). Berdasarkan kajian urutan yang paling relevan saat ini adalah SILVE mengingat Indonesia belum memiliki mesin ekspor penopang daya beli pengganti komoditas primer yang harganya sedang turun.

Selain faktor internal, pelemahan IHSG pada November dipicu oleh faktor eksternal, terutama memanasnya hubungan Amerika Serikat (AS) dan China seusai Presiden AS Donald Trump menandatangani Undang-undang (UU) penegakan demokrasi dan hak asasi manusia di Hong Kong.

Aksi negeri adidaya yang dianggap campur tangan urusan dalam negeri membuat pihak China meradang dan seperti dikutip Reuters, Kementerian Luar Negeri China menegaskan Beijing akan melakukan serangan balasan.

Hal ini membuat kuatir para investor terhadap memburuknya prospek damai dagang oleh dua negara perekonomian terbesar dunia ini. Sehingga investor memilih tak berinvestasi di portofolio berisiko di negara berkembang. Satu pekan lalu, investor asing mencatat penjualan bersih Rp2,68 triliun di Bursa Efek Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: