Putin: Ekspansi NATO ke Perbatasan Ancaman Potensial bagi...
Namun, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa Moskow, seperti yang pernah terjadi di masa lalu, tetap siap bermitra dengan NATO dalam memecahkan tantangan yang sebenarnya, seperti terorisme, konflik bersenjata, dan proliferasi senjata pemusnah massal.
NATO sejah ini telah mengakui 13 anggota baru sejak akhir Perang Dingin, yang beberapa di antaranya adalah negara-negara sosialis. Moskow dengan keras menentang langkah ini sejak 1990-an, bersikeras bahwa perluasan aliansi itu merusak keamanannya dan menciptakan ketegangan di Eropa.
Meskipun menikmati pertumbuhan, aliansi ini telah mengalami peningkatan masalah internal dan meningkatkan ketegangan di antara para anggotanya belakangan ini. Menjelang KTT ulang tahun, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan aliansi itu mengalami "mati otak," sambil menyatakan keraguan atas komitmen Washington terhadap blok itu.
Baca Juga: Secara Teknis Anggota NATO Gak Boleh Beli S-400, tapi Kok Turki Melanggar?
Presiden Prancis memiliki alasan untuk keraguan semacam itu karena timpalannya dari AS Donald Trump berulang kali menyerang negara-negara anggota NATO karena tidak membayar "bagian yang adil" mereka untuk pertahanan kolektif dan "perlindungan" Washington.
Pernyataan "mati otak" Macron membuat marah banyak anggota NATO, yang bersikeras aliansi itu benar-benar hidup dan kuat. Turki - yang memiliki militer terbesar kedua di blok itu - sangat aktif dalam mengkritik Macron, dengan menuduhnya "mendukung terorisme."
Ankara pada bagiannya memiliki masalah lebih lanjut dengan NATO, menolak menandatangani rencana pertahanan baru untuk Baltik dan Polandia, dan menuntut dukungan "tanpa syarat" untuk operasinya terhadap milisi yang dipimpin Kurdi Suriah. Serangan itu sebelumnya sangat dikecam oleh negara-anggota NATO.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: