Lebih lanjut, Joko menekankan peran sawit Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia akan menjadi alternatif paling sustainable untuk memenuhi kebutuhan minyak nabati masyarakat dunia.
Produktivitas minyak kelapa sawit merupakan yang paling tinggi dibandingkan minyak nabati lainnya. Mengutip data International Union for Conservation Nature (IUCN), untuk menghasilkan 1 ton minyak nabati, rapeseed memerlukan 1,25 Ha lahan, bunga matahari memerlukan 1,42 Ha lahan, dan kedelai 2 Ha Lahan, sedangkan sawit hanya memerlukan 0,26 Ha lahan.
Baca Juga: Gapki: Ekspor Sawit ke India Kembali Normal
"Jika kebutuhan dunia terus bertambah, sedangkan produksi kelapa sawit stagnan, maka yang akan terjadi ialah dunia akan melakukan deforestasi yang jauh lebih besar untuk memenuhi kebutuhan manusia, yakni dengan ekspansi perkebunan kedelai maupun rapeseed," tegas Joko.
Hal senada diungkapkan Wakil Rektor Universitas Syiahkuala Profesor Marwan. Ia menilai sawit telah menjadi bagian penting bagi Aceh. Hal tersebut terlihat dari banyaknya perkebunan kelapa sawit dan telah memberikan dampak besar bagi perekonomian masyarakat Aceh.
"Saya berharap pembangunan infrastruktur segera dilakukan agar Aceh bisa mengembangkan industri hilir kelapa sawit," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Rosmayanti