Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bela Myanmar, Pengacara Kanada Dikritik

Bela Myanmar, Pengacara Kanada Dikritik Kredit Foto: Reuters/Athit Perawongmetha
Warta Ekonomi, Den Haag -

Pengacara asal Kanada, William Schabas, dikritik karena membela Myanmar dalam pengadilan internasional (ICJ) terkait genosida atas etnis Rohingya di Rakhine. Schabas yang merupakan seorang sarjana internasional untuk studi genosida membantah bahwa tidak ada upaya genosida dalam operasi militer Myanmar pada 2017.

"William Schabas pada dasarnya telah menjual Rohingya untuk pemerintah Myanmar. Ini benar-benar perilaku terburuk, sangat tidak bermoral, dan bermuka dua," ujar Wakil Direktur Asia di Human Rights Watch, Phil Robertson dalam cuitannya di Twitter.

Baca Juga: 93 Warga Rohingya Diadili di Pengadilan Myanmar

Pada 2010 Schabas membantu melakukan riset untuk sebuah laporan mengenai serangan sistematis terhadap Rohingya. Dalam riset tersebut, disimpulkan bahwa operasi militer Myanmar telah memenuhi ambang batas kejahatan internasional terhadap kemanusiaan.

Tiga tahun kemudian dalam sebuah film dokumenter Aljazirah, Schabas mengatakan terlepas dari legitimasi hak warga Rohingya untuk memiliki tempat tinggal, penggunaan kata genosida adalah sangat mengerikan. "Terlepas dari sejarah mereka, legitimasi hak mereka untuk tinggal, ini semua adalah peringatan bahwa agar tidak sembrono menggunakan kata genosida," ujarnya.

Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Schabas menolak kritik yang dilayangkan kepadanya. Pria itu mengatakan dirinya adalah pengacara internasional yang melakukan tugas untuk menangani kasus sesuai hukum internasional.

“Saya seorang pengacara internasional. Saya melakukan kasus hukum internasional. Kedua belah pihak punya hak untuk memiliki perwakilan yang kompeten. Jika orang tidak mengerti itu, itu bukan masalah saya," kata Schabas.

Dalam sidang di ICJ, Schabas mencoba untuk mengklarifikasi pernyataannya tahun 2013 dalam film dokumenter Aljazirah, "The Hidden Genocide". Dia mengaku didesak untuk membuat pernyataan mengenai kasus genosida.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: