Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gegara Protes dan Demo Berbulan-Bulan, Ekonomi Hong Kong Kena Batunya!

Gegara Protes dan Demo Berbulan-Bulan, Ekonomi Hong Kong Kena Batunya! Kredit Foto: TechCrunch
Warta Ekonomi, Surakarta -

Natal dan tahun baru harusnya menjadi salah satu sumber pendapatan besar bagi Hong Kong, karena itu merupakan musim liburan tersibuk bagi negara itu. Namun, tampaknya itu tak berlaku di tahun ini.

Demonstrasi berbulan-bulan di Hong Kong telah menghalangi baik wisatawan maupun pebisnis untuk berkunjung ke sana. Akibatnya, penyedia penginapan pun mengalami penurunan pesanan sejak aksi protes dimulai sejak Juni lalu, termasuk Airbnb.

"Pada Oktober lalu, hanya ada setengah penginapan yang mendapatkan pemesanan kamar," begitu kata laporan analis rental jangka pendek, AirDNA, dikutip dari Quartz, Kamis (26/12/2019).

Baca Juga: Seperti Keluarga Baru, Pengunjuk Rasa Hong Kong Adakan Dinner Natal Bersama

Itu menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan Oktober tahun lalu, di mana lebih dari 70% penginapan yang terdaftar di Airbnb menerima pesanan. Belum lagi, jumlah penginapan yang terdaftar di platform itu juga meningkat 9% selama setahun belakangan.

Laporan yang sama menyebutkan, "bahkan para penyedia penginapan harus menurunkan harga sewa hingga 17%, dari US$138 ke US$115."

Penurunan tingkat hunian itu terjadi di area Central dan Wan Chai, di mana sebagian besar demonstrasi terjadi. Apalagi, mayoritas aksi protes dilakukan di sekitar tempat wisata, seperti Taman Victoria, Tsim Sha Tsui yang jadi daerah perbelanjaan kelas atas. 

Sementara di Distrik Tengah dan Barat, serta Distrik Wan Chai, tingkat hunian Airbnb masing-masing turun dari 27 ke 24 poin. "Sekitar 40% hunian sewa jangka pendek Hong Kong ada di area itu," sebut Quartz dalam laporannya.

Bahkan, sejumlah penginapan memperbarui informasi mereka dengan tulisan 'area bebas protes' di Airbnb demi menarik minat konsumen.

Selain penyedia penginapan di Airbnb, seluruh industri pariwisata juga terkena getah dari aksi protes tersebut. 301 hotel dengan lebih dari 83 ribu kamar juga harus menerima anjloknya angka sewa kamar.

Menurut data dari Hong Kong Tourism Board, tingkat hunian semua hotel turun menjadi 68% pada Oktober tahun ini, padahal tahun lalu angkanya mencapai 92%.

Turis dari China daratan, yang menyumbang hampir 80% pengunjung di Hong Kong tahun lalu, memilih untuk tak menghabiskan waktu liburannya di negara itu. Penyelenggara konser, konferensi, dan kompetisi juga batal memilih Hong Kong sebagai tempat penyelenggaraan acara mereka.

Padahal, pariwisata berperan penting dalam ekonomi Hong Kong dan itu semua bergantung pada sektor jasa.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Tanayastri Dini Isna

Bagikan Artikel: