3. Politikus PDIP Adian Napitupulu tak dapat penanganan responsif saat kolaps di pesawat
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Adian Napitupulu, mengkritik pelayanan maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat dirinya jatuh pingsan dalam pesawat itu pada Kamis, 19 Desember 2019. Menurut Adian, awak kabin Garuda tak responsif memberi pelayanan kepada penumpang dalam kondisi darurat.
"Saya sudah dua kali meminta pada dua pramugari yang berbeda untuk disiapkan oksigen, tapi tidak segera disiapkan," ujar Adian seperti yang diteruskan lewat pesan elektronik oleh asistennya, Musyafaur Rahman.
Saat itu, kata Adian, tekanan darahnya sangat rendah, yaitu 70-50 mmHg. Awak kabin, kata Adian, baru merespons ketika dia berusaha pindah ke kursi bisnis di samping rekannya sesama anggota DPR RI, yakni Rudianto Tjen dan Utut Adianto.
"Mereka yang kemudian memanggil awak kabin (pramugara) dengan nada cukup keras agar disiapkan oksigen. Saya berharap, ke depan, awak kabin Garuda bisa lebih responsif," ujar Adian.
4. Penumpang dituding hina Garuda
Seorang penumpang Garuda Indonesia, Jessica, mengatakan keluarganya telah dituding menghina maskapai penerbangan pelat merah itu saat melakoni perjalanan dari Jakarta menuju Bali, 4 Januari 2020 lalu. Jessica mengadukan keluhannya di media sosial hingga menjadi viral.
Kronologis kejadian via twitter.com:
Jessica dan keluarganya lalu kembali ke lounge. Petugas Avsec memintanya untuk menunjukkan boarding pass. Petugas itu kembali mengatakan kapten mau bicara. Di sana, Jessica mendengar jelas si kapten meminta agar menahannya. Mereka bingung ada urusan apa lagi.
"Captainnya berujar lagi, ‘Ni tahan semua orang nih!’ ke Avsec. Gue makin bingung dong, gila gue uda bayar premium kenapa diperlakukan seperti penjahat TANPA ALASAN YANG JELAS. Suami gue bilang lagi, ‘ini ada apa ya’," papar Jessica.
Berdasarkan pengakuan pramugari, Kapten Garuda menuding kalau suaminya menghina Garuda dengan mengatakan 'Garuda T*i' di dalam pesawat. Tidak terima dengan tudingan itu, Jessica lalu mengatakan bahwa ia kenal dengan petinggi Garuda dan mau menelpon mereka sekarang.
Jessica merasa keluhan suaminya kepadanya wajar adanya karena anaknya kesakitan, dan hanya di kursinya. Tidak kepada siapapun. Mereka tidak layak diperlakukan sebagai penjahat. Padahal mereka adalah penumpang kelas bisnis.
Setelah itu, Kapten Garuda segera pergi dan Jessica masih ditahan di sana. Ayah Jessica yang juga berada di sana segera menghubungi Pak Chairal, salah satu petinggi Garuda. Namun tidak ada yang mau memberitahu nama Kapten Garuda tersebut
Ditahan lebih dari 1 jam, Jessica dan suaminya tentu capek dan kesal dengan tudingan tersebut apalagi kapten sudah pergi begitu saja. Setelah menghubungi Pak Chairal dan ditanyakan nama kaptennya, ternyata semua ground staff tidak ada yang mau nyebut nama si Kapten Garuda yang arogan tersebut. Mereka semua ketakutan dan tidak ada yang berani kasih nama. Sangat disayangkan tidak ada yang mau kasih nama si Kapten.
Dari kejadian tersebut, Irwan Suhanto berharap, masyarakat bisa membuka mata, alasan akhirnya Ari Askhara bertindak tegas terhadap awak kabin dan karyawan Garuda.
"Ari memang tegas terhadap karyawan dan awak kabin. Salah satu tindakan tegasnya adalah melakukan grounded (pelarangan terbang) terhadap awak kabin yang melanggar peraturan. Namun, tindakan tegas ini malah dijadikan bahan dan alasan bagi seterunya dan orang-orang politik untuk menyingkirkannya," pungkas Irwan Suhanto.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: