Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Aktivis 98: Ari Askhara Bertindak Tegas ke Karyawan Garuda Demi...

Aktivis 98: Ari Askhara Bertindak Tegas ke Karyawan Garuda Demi... Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Beberapa waktu terakhir nama Ari Askhara cukup santer terdengar di media karena tindakannya yang tegas terhadap karyawan Garuda Indonesia, yang kemudian menjadi bumerang bagi dirinya dan harus mengakhiri karirnya di maskapai penerbangan pelat merah tersebut.

Pengamat politik sekaligus Aktivis 98, Irwan Suhanto, mengungkapkan tidakan tegas Ari Askhara tersebut bertujuan demi memperbaiki citra Garuda dan membuat perusahaan profit dari yang sebelumnya terus merugi.

"Tindakan tegas tersebut tidak sembarangan, tentu saja bertujuan baik. Awalnya, karyawan tidak terlalu mempermasalahan tindakan tegas ini. Namun, ketika unsur politik masuk ke tubuh Garuda dan orang-orang berkepentingan ingin menyingkirkan Ari Askhara maka orang-orang politik itu memakai beberapa awak kabin untuk memutarbalikan fakta sebenarnya yang dilakukan Ari Askhara," tutur Irwan Suhanto.

Baca Juga: Sisi Lain Ari Askhara yang Jarang Diketahui Publik, Apa Itu?

Berikut beberapa kejadian yang tidak mengenakkan penumpang maskapai penerbangan pelat merah tersebut:

1. Seorang YouTuber diseret ke ranah hukum karena komplain layanan

Youtuber bernama Rius Vernandus pada Juli 2019 lalu dilaporkan ke polisi lantaran menampilkan video menu makanan Garuda Indonesia dalam bentuk tulisan tangan. Kejadian itu terekam dalam penerbangan GA 715-417 tujuan Sydney-Denpasar-Jakarta.

Rius dilaporkan setelah mengunggah video tersebut ke YouTube dan kemudian menjadi viral. Anggota Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) memasalahkan Rius lantaran diduga melakukan tindakan pencemaran nama baik. Namun, laporan itu kemudian dicabut.

Sebagai bentuk rekonsiliasi, Rius dikenankan mengunggah vlog berisi review penerbangan. Sebaliknya, bekas Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, mengundang Rius mengulas semua fasilitas dan penerbangan yang ada di maskapai pelat merah tersebut.

"Ari memang tegas terhadap karyawannya. Namun, Ari Askhara bisa berbuat adil karena dia lebih memilih pendekatan dan malah meminta Rius mengulas tentang Garuda," ucap Irwan.

2. Traveler komplain dengan makanan di penerbangan Garuda

Seorang traveler kawakan, Trinity, juga sempat mengunggah ungkapan kekecewaannya terhadap maskapai penerbangan Garuda Indonesia.

"Dikecewakan lagi oleh makanan dan layanan @IndonesiaGaruda," tutur Trinity dalam akun Twitter-nya yang langsung ramai disoroti massa.

Sambil mengunggah foto menu yang disajikan oleh awak kabin, Trinity bercerita memperoleh makanan yang tak sesuai dengan harapannya. Ia mengkritik seluruhnya, baik rasa masakan hingga tampilan sajian. Adapun kejadian itu berlangsung dalam penerbangan 3 Desember dari Jakarta menuju Osaka.

3. Politikus PDIP Adian Napitupulu tak dapat penanganan responsif saat kolaps di pesawat

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Adian Napitupulu, mengkritik pelayanan maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat dirinya jatuh pingsan dalam pesawat itu pada Kamis, 19 Desember 2019. Menurut Adian, awak kabin Garuda tak responsif memberi pelayanan kepada penumpang dalam kondisi darurat.

"Saya sudah dua kali meminta pada dua pramugari yang berbeda untuk disiapkan oksigen, tapi tidak segera disiapkan," ujar Adian seperti yang diteruskan lewat pesan elektronik oleh asistennya, Musyafaur Rahman.

Saat itu, kata Adian, tekanan darahnya sangat rendah, yaitu 70-50 mmHg. Awak kabin, kata Adian, baru merespons ketika dia berusaha pindah ke kursi bisnis di samping rekannya sesama anggota DPR RI, yakni Rudianto Tjen dan Utut Adianto.

"Mereka yang kemudian memanggil awak kabin (pramugara) dengan nada cukup keras agar disiapkan oksigen. Saya berharap, ke depan, awak kabin Garuda bisa lebih responsif," ujar Adian.

4. Penumpang dituding hina Garuda

Seorang penumpang Garuda Indonesia, Jessica, mengatakan keluarganya telah dituding menghina maskapai penerbangan pelat merah itu saat melakoni perjalanan dari Jakarta menuju Bali, 4 Januari 2020 lalu. Jessica mengadukan keluhannya di media sosial hingga menjadi viral.

Kronologis kejadian via twitter.com:

Jessica dan keluarganya lalu kembali ke lounge. Petugas Avsec memintanya untuk menunjukkan boarding pass. Petugas itu kembali mengatakan kapten mau bicara. Di sana, Jessica mendengar jelas si kapten meminta agar menahannya. Mereka bingung ada urusan apa lagi.

"Captainnya berujar lagi, ‘Ni tahan semua orang nih!’ ke Avsec. Gue makin bingung dong, gila gue uda bayar premium kenapa diperlakukan seperti penjahat TANPA ALASAN YANG JELAS. Suami gue bilang lagi, ‘ini ada apa ya’," papar Jessica.

Berdasarkan pengakuan pramugari, Kapten Garuda menuding kalau suaminya menghina Garuda dengan mengatakan 'Garuda T*i' di dalam pesawat. Tidak terima dengan tudingan itu, Jessica lalu mengatakan bahwa ia kenal dengan petinggi Garuda dan mau menelpon mereka sekarang.

Jessica merasa keluhan suaminya kepadanya wajar adanya karena anaknya kesakitan, dan hanya di kursinya. Tidak kepada siapapun. Mereka tidak layak diperlakukan sebagai penjahat. Padahal mereka adalah penumpang kelas bisnis.

Setelah itu, Kapten Garuda segera pergi dan Jessica masih ditahan di sana. Ayah Jessica yang juga berada di sana segera menghubungi Pak Chairal, salah satu petinggi Garuda. Namun tidak ada yang mau memberitahu nama Kapten Garuda tersebut

Ditahan lebih dari 1 jam, Jessica dan suaminya tentu capek dan kesal dengan tudingan tersebut apalagi kapten sudah pergi begitu saja. Setelah menghubungi Pak Chairal dan ditanyakan nama kaptennya, ternyata semua ground staff tidak ada yang mau nyebut nama si Kapten Garuda yang arogan tersebut. Mereka semua ketakutan dan tidak ada yang berani kasih nama. Sangat disayangkan tidak ada yang mau kasih nama si Kapten.

Dari kejadian tersebut, Irwan Suhanto berharap, masyarakat bisa membuka mata, alasan akhirnya Ari Askhara bertindak tegas terhadap awak kabin dan karyawan Garuda.

"Ari memang tegas terhadap karyawan dan awak kabin. Salah satu tindakan tegasnya adalah melakukan grounded (pelarangan terbang) terhadap awak kabin yang melanggar peraturan. Namun, tindakan tegas ini malah dijadikan bahan dan alasan bagi seterunya dan orang-orang politik untuk menyingkirkannya," pungkas Irwan Suhanto.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Bagikan Artikel: