Bank Indonesia (BI) menilai konflik yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran tidak berdampak signifikan terhadap kondisi ekonomi dan stabilitas eksternal.
"Kita tidak melihat dampak dari apa yang terjadi peningkatan yang kami sebut risiko geopolitik, kami sebut ini bagian dari risiko geopolitik global. Di risiko global, kami tidak melihat dampak secara signifikan terhadap kondisi makroekonomi maupun juga terhadap stabilitas eksternal," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Selain itu, lanjut Perry, konflik AS-Iran juga tidak berdampak terhadap nilai tukar rupiah. Menurutnya, nilai tukar rupiah masih bergerak stabil sesuai fundamentalnya.
Baca Juga: Jabat Direktur Pelaksana Bank Dunia, Ini Harapan BI buat Marie Pangestu
"Rupiah bergerak menguat sesuai fundamental, mekanisme pasar, dan juga karena kredibilitas kebijakan yang ditempuh pemerintah dan BI. Terbukti dari apa? Premi risiko dalam bentuk Credit Default Swap (CDS) yang itu juga terus menurun," paparnya.
Kendati demikian, BI akan terus memantau berbagai perkembangan global, seperti hubungan dagang AS dan Tiongkok.
"Dan alhamdulillah saya kira perkembangan yang posirtif adalah hubungan dagang antara AS dan Tiongkok yang dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kesepakatan dari perdagangan. Itu juga memberikan persepsi yang positif bahwa ekonomi dunia kalau perkiraan kami di tahun ini adalah sekitar 3 persen, meningkat dari tahun lalu dari 2,9 persen ke 3 persen atau 3,1 persen," jelasnya.
Baca Juga: BI Beberkan 4 Faktor yang Bikin Inflasi Rendah di 2019
Dalam jangka pendek, tentu saja beberapa risiko politik, seperti yang berkaitan Iran-AS atau dengan Brexit akan berpengaruh jangka pendek. "Tapi, itu secara fundamentalnya kami pandang tidak berpengaruh secara signifikan," tukasnya.
Sebagaimana diketahui, hubungan AS dan Iran kian memanas belakangan ini. Pangkalan Udara Ayun al-Assad di Irak Barat yang digunakan militer Amerika Serikat (AS) dibombardir dengan puluhan roket dan rudal balistik, Rabu (8/1/2020). Serangan ini awal dari balas dendam Teheran atas kematian Jenderal Qassem Soleimani yang dilakukan oleh AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: