Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjaga Keseimbangan Hidup dan Kerja Ala CEO Qasir

Menjaga Keseimbangan Hidup dan Kerja Ala CEO Qasir Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Kalau konsumen sendiri, UMKM kan jadi pasar utama, dan masih banyak yang belum go digital, tapi banyak juga yang didirikan oleh milenial, kalau UMKM yang didirikan oleh milenial ada strategi khusus?

Sebagai seorang yang latar belakangnya produk, saya percaya bahwa produk yang baik akan menghasilkan kualitas konsumen yang baik. Yang kedua consumer happiness. Qasir berkembang dari 5 ribu user sampai 700 ribu user dalam waktu 18 bulan.

Kita mengambil contoh, saya bangga dengan tim kami. Review di Playstore, kami konsisten di rating 4,7 bintang. Kalau dibilang salah satu karakter milenial adalah mereka enggak sabar. Bisa dibilang salah satu yang kami berusaha selalu lakukan adalah memastikan kalau ada masalah, semua terselesaikan dengan baik.

Kita bersyukur banget kita punya tim consumer happiness yang reaktif, sangat proaktif. Mereka responsif banget ke user kita. Bisa dibilang kami banyak banget dapat feedback dari user milenial. Kuncinya, produk dan consumer happiness.

Untuk meningkatkan adopsi digital di konsumen UMKM seperti apa?

Realitanya, kalau mau dibilang definisi go digital sangat luas. 'Apakah mereka online atau enggak' bukan sepertinya. Ketika mereka mengelola tanpa mereka online, tapi sudah mengelola dengan sistem, apakah mereka sudah go digital? Jadi, kita melihatnya mayoritas yang ada di Indonesia belum go digital karena yang terjadi adalah mereka sudah bertransisi ke arah sana, tapi faktanya masih banyak keterbatasan. Apakah itu koneksi internet, apakah itu knowledge.

Rata-rata anak-anaknya orang tua yang ada di desa ini merantau. Kalau di Jakarta yang ngajarin orang tua tentang teknologi anak-anaknya. Tapi semenjak ada aplikasi, confidence level kita tinggi banget untuk pakai teknologi. Mungkin challenge terbesarnya adalah edukasi, dan yang paling penting menjadi usaha yang digital hanya salah satu aspek untuk membantu mereka naik kelas dari tadinya mikro menjadi usaha kecil dan menengah.

Kita harus melihat digital sebagai alat. Alatnya digunakan dengan baik atau tidak. Semua bertumpu pada pelatihan. Sebelum mereka menggunakan digital, mereka harus tahu dulu kenapa digital ini diperlukan. Contohnya, jualan online aja enggak cukup, banyak yang berjualan online yang gagal karena memang fundamental bagaimana cara yang baik berjualan online, bagaimana cara marketing berjualan online, tidak dilakukan.

Ada empat masalah, lack of business skills, lack of access of technology, lack of affordable financial access, dan income. Business skill itu bukan sekadar bisa pakai handphone dan berjualan online. Tapi bagaimana berjualan secara online, channel apa saja untuk memasarkan produknya. Bisa dibilang itu yang enggak selalu dijabarkan dan dibagikan.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: