Peneliti Temukan Ada Keberagaman Lebih Unik pada Masyarakat Afrika Kuno, Seperti Apa?
Baru-baru ini, ilmuwan mengungkapkan keberagaman yang ada di Afrika Kuno. Hal ini terungkap dalam analisis DNA yang ditemukan di Afrika Kuno.
Banyak peneliti mengatakan Afrika Tengah terlalu panas dan lembab untuk tempat DNA purba bertahan hidup. Namun, saat ini ada tulang empat anak purba yang terkubur ribuan tahun yang lalu di tempat penampungan batu di padang rumput Kamerun.
Baca Juga: Miris! Kekayaan 22 Miliarder di Dunia Lebih Besar Dibanding Kekayaan Perempuan Afrika
Dalam publikasi di jurnal Nature, ilmuwan melaporkan tulang-tulang tersebut menghasilkan DNA yang cukup untuk dianalisis para ilmuwan. Tim melaporkan, ini merupakan DNA purba pertama dari manusia di wilayah ini.
Daerah tersebut merupakan tanah air etnis Bantu, kelompok mayoritas di Afrika Barat dan Tengah. Anak-anak tersebut memiliki hubungan paling dekat dengan kaum pemburu-pengumpul, seperti Baka dan Aka.
"Dalam tempat tanah air bahasa Bantu, orang-orang ini pada dasarnya dalah pemburu-pengumpul kerdil," kata seorang ahli genetika populasi di Pasteur Institute dan CNRS, Lluis Quintana-Murci, seperti yang dilansir dari Science Mag, Kamis (23/1/2020). Ia bukan bagian dari studi baru.
Quintana-Murci dan yang lainnya telah lama menduga kelompok-kelompok ini memiliki jangkauan yang lebih besar sebelum populasi Bantu meledak 3.000 tahun yang lalu. Kejutan lainnya datang ketika tim membandingkan DNA anak-anak dengan data genetik lainnya dari Afrika, serta menemukan petunjuk Baka, Aka dan pemburu-pengumpul Afrika lainnya.
Mereka termasuk dalam salah satu garis keturunan paling kuno dari manusia modern 250 ribu tahun yang lalu.
Dalam studi baru, ahli genetika dan arkeolog mengambil sampel dari tulang telinga bagian dalam yang kaya DNA dari empat anak itu. Para peneliti mampu mengurutkan genom lengkap berkualitas tinggi dari dua anak dan genom parsial dari dua anak lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: