Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sudah Merembes di 5 Negara Afrika, WHO Akui Anak Omicron Lebih Sulit Diidentifikasi

Sudah Merembes di 5 Negara Afrika, WHO Akui Anak Omicron Lebih Sulit Diidentifikasi Kredit Foto: Reuters/Denis Balibouse
Warta Ekonomi, Jenewa -

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa sub-varian 'siluman' dari Omicron, BA.2 telah terdeteksi di setidaknya lima negara Afrika.

Ilmuwan WHO, Dr Nicksy Gumede-Moeletsi, mengungkap hal itu pada Kamis (3/2), sembari menambahkan bahwa dia khawatir tentang perkembangan sub varian itu, yang juga dijuluki sebagai 'Anak Omicron'.

Baca Juga: Jepang Teriak Soal Omicron, Jumlah Pasien Meroket hingga 1.000 Pertama Kalinya

Gumede-Moeletsi mengatakan kekhawatirannya soal Anak Omicron disebabkan karena sampel BA.2 mungkin tidak terlacak dalam bentuk bukan varian Omicron.

"BA.2 ... telah dilaporkan di lima negara, yaitu Botswana, Kenya, Malawi, Senegal, serta Afrika Selatan."

"Kami sangat prihatin," kata Dr Nicksy Gumede-Moeletsi dalam briefing media online.

Dikutip dari DailyStar, Gumede-Moeletsi menambahkan bahwa BA.2 terbukti sulit diidentifikasi karena tidak selalu sama dengan kriteria S-Gene Target Failure (SGFT), yang digunakan untuk membedakan Omicron asli dari varian lain.

Menurut Gumede-Moeletsi, WHO saat ini tengah bekerja sangat erat dengan laboratorium, meminta mereka untuk menganalisis lebih lanjut sampel yang telah kembali dan ditandai sebagai Omicron. Langkah ini, kata Gumede-Moeletsi, adalah demi mendapatkan gambaran yang lebih tepat tentang penyebaran BA.2.

Dikatakan bahwa versi BA.1 agak lebih mudah dilacak daripada varian sebelumnya. Itu karena BA.1 kehilangan satu dari tiga gen target yang digunakan dalam tes PCR umum. Sementara itu, BA.2 tidak memiliki gen target yang hilang yang sama dengan varian Omicron asli.

Karenanya, para ilmuwan kini sedang berupaya memantau sub varian siluman  itu dengan cara yang sama seperti strain-strain sebelumnya, termasuk Delta. Adapun caranya termasuk dengan melacak jumlah genom virus yang dikirimkan ke database publik seperti GISAID.

Upaya WHO untuk mengatasi munculnya BA.2 juga dilandasi karena kekhawatiran pasokan vaksin Covid-19 ke Afrika, di mana dari seluruh populasi benua itu, baru 11 persen yang telah menerima dosis  ganda. Sub-varian baru ini pun diketahui merembes ke Benua Hitam lantaran didorong oleh gelombang pandemi keempat yang dipicu varian Omicron.

Menurut WHO Afrika, kasus Omicron telah menurun selama tiga minggu berturut-turut. Badan kesehatan itu juga menambahkan bahwa jumlah kasus Covid-19 tertinggi adalah sub-garis keturunan BA.1. 

Sementara itu, lebih dari 5.300 kasus telah dicatat di 20 negara, dengan infeksi disebut didalangi oleh sub-garis keturunan siluman Omicron. BA.2 juga dilaporkan telah mulai menggeser varian asli Omicron, BA.1, dengan penyebaran muncul di negara-negara seperti Denmark. 

Kemudian, 43 kasus BA.3 telah didokumentasikan di tiga negara, lapor Republic World.

Saat Omicron mereda, kasus Covid-19 di Afrika turun 15 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya. Sementara kematian turun 5 persen, kata WHO dalam rilisnya. 

Kendati begitu, dengan BA.2 juga menyebar, tidak ada perbedaan dalam tingkat keparahan penyakit yang diketahui kata para pejabat WHO.

Menurut para ahli, BA.2 dapat dideteksi oleh alat tes virus corona di rumah, seperti jenis varian lainnya. Meski dalam hal ini, alat tes rumahan tidak bisa menunjukkan dengan tepat varian mana yang bertanggung jawab atas infeksi yang diderita.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: