Diduga Retas Data Individu dan Pemerintah AS, FBI Selidiki Perusahaan Israel
Biro investigasi Amerika Serikat (AS), FBI, tengah menyelidiki peran vendor spyware Israel, NSO Group Technologies, dalam kemungkinan peretasan terhadap penduduk dan perusahaan Amerika. Perusahaan itu juga diduga mengumpulkan data intelijen pada pemerintah.
Seseorang yang diwawancara oleh FBI mengatakan penyelidikan berlangsung sejak tahun 2017, ketika pejabat biro investigasi federal itu mencoba untuk mengetahui apakah NSO memperoleh salah satu kode yang dibutuhkan untuk menginfeksi telepon pintar dari peretas AS.
NSO mengatakan mereka menjual perangkat lunak mata-mata dan dukungan teknis secara eksklusif kepada pemerintah AS. Peralatan itu kemudian digunakan untuk mengejar tersangka teroris dan penjahat lainnya. NSO telah lama menyatakan bahwa produknya tidak dapat menargetkan nomor telepon AS, meskipun beberapa pakar keamanan dunia maya membantahnya.
Baca Juga: Punya Bukti, Pakar PBB Desak Penyelidikan Terkait Peretasan Ponsel Bos Amazon
FBI kemudian melakukan lebih banyak wawancara dengan para pakar industri teknologi setelah Facebook mengajukan gugatan pada Oktober dengan menuduh NSO mengeksploitasi kelemahan dalam layanan pesan WhatsApp Facebook untuk meretas 1.400 pengguna. Hal itu diungkapkan oleh dua orang yang berbicara dengan badan atau pejabat Departemen Kehakiman. NSO mengatakan tidak mengetahui adanya pemeriksaan terkait hal itu.
"Kami belum dihubungi oleh penegak hukum AS sama sekali tentang hal-hal semacam itu," kata NSO dalam pernyataan yang diberikan oleh firma strategi Public Affairs Mercury seperti dilansir dari Reuters, Jumat (31/1/2020).
NSO juga tidak menjawab pertanyaan tambahan tentang perilaku karyawannya tetapi sebelumnya mengatakan pelanggan pemerintah adalah orang-orang yang melakukan peretasan. Seorang juru bicara FBI mengatakan bahwa agensi tersebut mematuhi kebijakan Departemen Kehakiman yang tidak membenarkan atau menyangkal keberadaan investigasi apa pun.
"Jadi kami tidak akan dapat memberikan komentar lebih lanjut,” katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti