Sedangkan sektor perdagangan Indonesia menjadi salah satu korban yang paling terdampak akibat mewabahnya virus corona tersebut. Hal ini dikarenakan China merupakan mitra dagang utama Indonesia, baik untuk ekspor-impor produk konsumsi, elektronik maupun sparepart yang lainnya.
Sebagai negara dengan industri manufaktur dan populasi penduduk terbesar di dunia, kebutuhan produk bahan baku industri dan konsumsi termasuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di China sangat besar.
Mewabahnya virus corona dan policy lock-down yang diberlakukan oleh Pemerintah China mengakibatkan terjadinya penurunan permintaan CPO sehingga meningkatkan stok di pasar dunia dan berpotensi menurunkan harga komoditas tersebut.
Data Gapki mencatat, China menjadi importir CPO terbesar Indonesia dan menggeser India dengan jumlah demand mencapai 6 juta ton selama 2019, yang mana jumlah ini meningkat 36,4% dibandingkan 2018 lalu.
Peningkatan permintaan minyak sawit dari China dan negara lainnya menyebabkan harga minyak sawit dunia berkilau sejak Agustus 2019 lalu. Data CIF Rotterdam mencatat harga CPO pernah mencapai US$880 per MT pada awal Januari 2020, bahkan diperkirakan tren peningkatan harga terus terjadi sepanjang kuarta I-2020.
Namun, optimisme para pelaku industri sawit harus terpatahkan dengan tren harga minyak sawit yang kembali turun. Harga CPO CIF Rotterdam selama periode I Februari 2020 tercatat melemah hingga 4,6% atau dari US$765 per MT menjadi US$730 per MT. Pada m-o-m, harga CPO CIF Rotterdam turun mencapai 11,7% dari US$858,3 per MT menjadi US$757,8 per MT.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti