Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lawan Turki, AS Pasok Senjata ke Militan Suriah

Lawan Turki, AS Pasok Senjata ke Militan Suriah Kredit Foto: (Foto/AP News)
Warta Ekonomi, Moskow -

Militer Rusia melaporkan pasukan Amerika Serikat (AS) yang bercokol di timur laut Suriah telah memasok senjata dan amunisi dalam jumlah besar kepada kelompok militan lokal. Senjata itu digunakan untuk melawan warga sipil Suriah dan pasukan Turki.

Laporan militer Moskow itu disampaikan Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah. "Komando AS di kawasan itu secara intensif menjenuhkan wilayah timur sungai Eufrat dengan senjata dan amunisi. Sejak awal 2020, 13 konvoi militer telah tiba dari Irak ke Suriah, yang mencakup lebih dari 80 kendaraan lapis baja dan lebih dari 300 truk yang memuat berbagai jenis senjata, amunisi dan material," kata pejabat Pusat Rusia untuk Rekonsiliasi Suriah, Laksamana Muda Oleg Zhuravlev dalam briefing harian, seperti dilansir dari Sputniknews, Rabu (19/2/2020).

Baca Juga: Tak Acuhkan Trump, Rusia Dukung Suriah dalam Perang di Idlib

Zhuravlev menekankan bahwa pasokan senjata Amerika digunakan baik selama bentrokan antara kelompok militan di wilayah timur Sungai Eufrat melawan pasukan Turki di Suriah utara. Menurut Zhuravlev, karena situasi kemanusiaan yang parah dan serangan terus-menerus oleh militan, warga sipil Suriah meninggalkan wilayah timur laut negara itu dan pindah ke wilayah di bawah kendali pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Sebelumnya, penyiar Sham FM melaporkan bahwa lebih dari 50 kendaraan militer AS tiba di Provinsi Al-Hasakah sebalah timur laut Irak. Pasukan AS yang ditempatkan di Suriah juga dilaporkan memulai pembangunan pangkalan militer baru di Al-Hasakah yang kaya minyak, dengan tujuan mencegah pasukan Rusia mencapai ladang minyak Rmelan.

Pemerintah maupun militer Washington belum berkomentar atas klaim militer Rusia tentang suplai senjata Amerika untuk kelompok militan Suriah. Suriah telah dilanda perang saudara yang menghancurkan sejak 2011, di mana pasukan pemerintah bertempur melawan berbagai kelompok oposisi, serta faksi-faksi militan, termasuk dari ISIS dan Hayat Tahrir al-Sham yang sebelumnya dikenal sebagai Front Al-Nusra.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Shelma Rachmahyanti

Bagikan Artikel: