Pakar ekonomi pertanian IPB Prof Muhammad Firdaus melihat kini adanya tantangan dan isu pertanian yang harus diselesaikan pemerintah, parsial antara pertanian level kecamatan dan sisi teknologi informasi.
"Tahun 1970-an ada Bimas dan saat ini adalah kostratani. Jika tidak mengelola pertanian secara kawasan, maka tidak efisien. Misal di Bali lahannya kecil, hanya 23% nonpertanian dalam bentuk lahan. Tapi lahan pertanian mengalami konversi yang tinggi," tutur Firdaus dalam Focus Group Discussion (FGD) Pemantapan Kostratani Dalam Mendukung Ekspor Produk Pertanian, di Bali, Selasa (25/2/2020).
Pemanfaatan lahan di Bali masih digunakan untuk pertanian dan perkebunan, tambahnya.
Baca Juga: Mentan: Anak Muda Harus Manfaatkan Pertanian di Era Modern
Firdaus menyebut Bali bisa menjadi mini model Kostratani di Indonesia, dengan 57 kecamatan harus dibuat peta pertanian dengan ICT dan data yang valid.
Pertanian yang sudah ada, hendaknya ditingkatkan produktivitas dan efisiensi nilainya. Sektor pariwisata dan perhotelan harusnya menggunakan produk lokal untuk menu makanan. Petani di Bali bervariasi menanamnya, sehingga harusnya setiap hotel bisa memanfaatkan produk lokal yang beragam ini.
"Ini prinsip nilai pertanian bahwa pasar ditarik ke hulu. Pertanian men-drive market. Mendekatkan harga produsen ke konsumen. Efisiensi tata niaga dengan mengurangi food loses," paparnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti