Dunia Internasional Khawatirkan Program Nuklir Iran, Jika Waktu Habis Sulit Diselamatkan
Negara-negara yang menjadi simbol kekuatan dunia yang menjadi pihak dalam kesepakatan nuklir dengan Iran menyatakan keprihatinan serius terkait pelanggaran perjanjian oleh Teheran.
Mereka mengakui jika waktu hampir habis untuk menemukan cara untuk menyelamatkannya.
Baca Juga: Iran Hukum Mati Mata-mata AS yang Bocorkan Rahasia Nuklir Teheran
Rencana Aksi Bersama Komprehensif, sebagaimana kesepakatan itu disebut, menjanjikan insentif ekonomi untuk Iran dengan imbalan Teheran membatasi program nuklirnya.
Tujuan kesepakatan ini adalah mencegah Iran mengembangkan bom nuklir, sesuatu yang menurut para pemimpin Iran tidak ingin mereka lakukan.
Namun sejak keputusan Presiden Donald Trump untuk menarik Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan itu secara sepihak pada tahun 2018 dan kembali memberlakukan sanksi, ekonomi Iran telah limbung.
Teheran pun secara bertahap melanggar pembatasan kesepakatan untuk menekan pihak-pihak yang tersisa dalam perjanjian --China, Rusia, Jerman, Prancis dan Inggris-- untuk memberikan insentif baru guna mengimbangi sanksi AS.
Sebagai tanggapan, negara-negara Eropa pada bulan Januari meminta mekanisme penyelesaian sengketa, yang dirancang untuk menyelesaikan masalah dengan kesepakatan atau merujuk mereka ke Dewan Keamanan PBB.
Duta Besar China untuk PBB di Wina, Wang Qun mengatakan mereka berpacu dengan waktu untuk mencari solusi spesifik guna melindungi perjanjian 2015.
Hal itu dikatakannya kepada wartawan setelah pembicaraan di Wina antara pihak-pihak dalam kesepakatan itu, termasuk Iran.
Sementera Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa Iran masih terbuka untuk inisiatif apa pun yang dapat memastikan dividen Iran berdasarkan JCPOA.
"Kami sepenuhnya siap untuk membalikkan langkah-langkah yang telah kami ambil sejauh ini sebagai imbalan atas pemenuhan komitmen pihak lain dalam JCPOA," katanya seperti dikutip dari AP, Kamis (27/2/2020).
Dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan itu, pejabat tinggi Uni Eropa untuk urusan luar negeri, Josep Borrell, mengatakan keprihatinan serius diungkapkan mengenai implementasi komitmen nuklir Iran berdasarkan perjanjian tersebut.
Borrell yang memimpin komisi gabungan JCPOA, diwakili pada pertemuan itu oleh pejabat Uni Eropa Helga Schmid.
"Para peserta juga mengakui bahwa penerapan kembali sanksi-sanksi AS tidak memungkinkan Iran untuk memetik manfaat penuh yang timbul dari pencabutan sanksi," katanya.
"Semua peserta menegaskan kembali pentingnya menjaga perjanjian mengingat bahwa itu adalah elemen kunci dari arsitektur non-proliferasi nuklir global," ia menambahkan.
Inggris, Prancis, dan Jerman telah mengembangkan sistem yang dikenal sebagai INSTEX yang dirancang untuk memfasilitasi perdagangan dengan Iran sambil melindungi perusahaan dari sanksi AS, tetapi sejauh ini hanya menemukan sedikit keberhasilan.
Borrell mengatakan bahwa semua orang di pertemuan itu mengakui pentingnya memperkuat INSTEX lebih lanjut, dan Iran tampaknya agak optimis setelah pembicaraan.
"Kami membahas tentang berbagai cara bagaimana cara memperkuat mekanisme ini, bagaimana menyediakan lebih banyak likuiditas dan pendanaan, bagaimana memastikan bahwa mekanisme ini dapat bekerja, dan saya pikir kemauannya kuat," kata Araghchi dari Iran.
"Juga metode yang kita bahas hari ini dapat digunakan untuk memperluas perdagangan antara Iran dan Uni Eropa," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: