Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peneliti Australia Meyakini Dua Obat Ini Bisa Lawan Corona

Peneliti Australia Meyakini Dua Obat Ini Bisa Lawan Corona Dokter patologi klinik memeriksa sampel media pembawa virus Corona untuk penelitian di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya di Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (6/2/2020). Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengantisipasi penyebaran dengan melakukan penelitian media pembawa Virus Corona yang berisiko tinggi sebagai penular CoV/2019-nCoV berupa anjing, kucing, rodensia, kelelawar dan unggas yang dikirim melalui kargo terminal (T1) Bandara Juanda. | Kredit Foto: Antara/Umarul Faruq
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun para ahli di China dan Amerika Serikat telah mengklaim bahwa vaksin Remsedivir telah menurunkan angka pasien terinfeksi corona di China, para peneliti di Pusat Penelitian Klinis Universitas Queensland meyakini ada dua obat yang dapat memerangi virus.

Profesor David Paterson mengklaim timnya telah menemukan obat untuk virus corona yang mendatangkan malapetaka di seluruh dunia. Profesor David Paterson berharap pasien terdaftar untuk mencoba obat pada akhir Maret, menurut laporan.

Baca Juga: Waduh! Peneliti Ungkap Pasien Terjangkit Corona Cepat Kontaminasi Barang-barang di Ruangan

Dia mengatakan kepada news.com.au: "Ini 'pengobatan yang berpotensi efektif' yang harus dipertimbangkan untuk uji coba medis skala besar segera."

"Apa yang ingin kita lakukan saat ini adalah uji coba klinis besar di seluruh Australia, melihat 50 rumah sakit, dan apa yang akan kita bandingkan adalah satu obat, versus obat lain, versus kombinasi dari dua obat."

Menurut laporan itu, itu berpusat di sekitar dua obat. Yang pertama digunakan untuk menekan HIV, sementara yang lain adalah pengobatan anti-malaria.

Terungkapnya laporan daftar paten obat ampuh virus corona yang diajukan Amerika Serikat dan China membuat sebagaian ilmuan curiga wabah corona sengaja diciptakan China dan AS. Sebuah laporan CBC News tentang pemerintah Kanada mendeportasi ilmuwan China yang bekerja di laboratorium Winnipeg yang mempelajari patogen berbahaya menyelundupkan virus corona.

Institut Virologi Wuhan yang merupakan laboratorium utama di Tiongkok yang mempelajari virus kelelawar dan manusia juga mendapat kecaman. "Para ahli teori sanggahan yang menghubungkan coronavirus China dengan penelitian senjata," seperti dilansir The Washington Post yang berfokus pada fasilitas itu.

Sebuah laporan dari Amerika Serikat telah membuat kemajuan dalam pengobatan pasien yang dikonfirmasi terinfeksi virus corona baru itu.

Hal ini tertuang dalam New England Journal of Medicine (NEJM) pada 31 Januari 2020 lalu yang mengatakan bahwa pasien pertama yang didiagnosis Corona Wuhan di Amerika Serikat terlihat membaik dan tidak memperlihatkan adanya efek samping setelah diberikan "Remdesivir", yakni sejenis obat percobaan virus Ebola dari perusahaan farmasi Gilead Science.

Obat ini dikembangkan oleh Gilead Sciences yang berbasis di Amerika Serikat, ditujukan untuk penyakit menular seperti Ebola dan SARS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: