Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tak Ada Lockdown di Swedia, Rupanya Masyarakatnya Tetap Hidup Normal karena...

Tak Ada Lockdown di Swedia, Rupanya Masyarakatnya Tetap Hidup Normal karena... A view of the street scene after people were killed when a truck crashed into a department store Ahlens, in central Stockholm, Sweden, April 7, 2017. | Kredit Foto: Reuters/Fredrik Sandberg
Warta Ekonomi, Stockholm -

Swedia menjadi satu-satunya negara di Eropa yang mengizinkan kehidupan semua masyarakat berjalan normal di tengah pandemi Covid-19 tanpa lockdown. Saat ini, ada 3.500 kasus positif corona yang dilaporkan Swedia di mana 105 kasus di antaranya meninggal.

Apa sebenarnya yang membuat masyarakat manut saja dengan pemerintah yang terkesan santai? Rupanya tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah di Swedia tinggi. Ini mendorong masyarakat untuk mematuhi peraturan secara sukarela.

Baca Juga: AS dan Eropa Mati-matian Lawan Corona, China Malah Sudah Buka Tempat Wisata untuk Umum

Demografi juga menjadi faktor yang relevan dilakukan oleh negara kepada masyarakatnya. Berbeda dengan rumah multi-generasi di negara-negara Mediterania, lebih dari setengah rumah tangga Swedia hanya terdiri dari satu orang. Kondisi ini juga mengurangi risiko penyebaran virus dalam keluarga.

Masyarakat Swedia juga menyukai alam bebas. Para pejabat Swedia mengatakan menjaga masyarakat tetap sehat secara fisik dan mental adalah alasan lain mengapa mereka ingin menghindari aturan orang terkurung di rumah.

"Kita harus menggabungkan upaya meminimalkan dampak kesehatan dari wabah virus dan dampak ekonomi dari krisis kesehatan ini. Komunitas bisnis di sini benar-benar berpikir bahwa pemerintah Swedia dan pendekatan negara ini lebih masuk akal daripada banyak negara lain," kata CEO Kamar Dagang Stockholm Andreas Hatzigeorgiou dilansir BBC.

Ketika melihat masyarakat Swedia lalu membandingkan dengan seluruh Eropa yang memilih lockdown, masyarakat lain mulai mempertanyakan pendekatan unik Swedia ini.

"Saya rasa, orang pasti cenderung mendengarkan rekomendasi. Namun dalam situasi kritis seperti ini, saya meyakini rekomendasi itu belum tentu cukup," kata seorang ahli epidemiologi yang berbasis di universitas medis Swedia The Karolinska Institute, Emma Frans.

Dia lebih condong menyerukan instruksi yang lebih jelas untuk masyarakat. Instruksi yang dimaksud adalah tentang bagaimana masyarakat harus berinteraksi di tempat-tempat umum seperti toko-toko dan pusat kebugaran. Bisnis jadi bisa tetap berjalan namun bagi sebagian orang mereka tetap bisa berjuang.

Bagi sebagian pengusaha, pilihan lockdown artinya mengesampingkan masyarakat yang meletakkan hidupnya pada Swedia. Emma mengatakan sejarah akan menjadi hakim sesungguhnya apakah yang dilakukan seluruh Eropa itu benar atau justru yang dilakukan Swedia yang benar.

"Tidak ada yang benar-benar tahu cara mana yang akan paling efektif. Tapi saya bersyukur karena bukan saya yang menjadi otoritas dalam keputusan ini," kata dia lagi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: