Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Suka Tidak Suka, Arti Sawit Itu Penting!

Suka Tidak Suka, Arti Sawit Itu Penting! Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Warta Ekonomi, Jakarta -

Meskipun saat ini permintaan minyak sawit dari negara-negara utama tujuan ekspor Indonesia, seperti China, India, dan Uni Eropa mengalami penurunan, namun tak dapat dimungkiri bahwa minyak sawit memiliki peran penting terhadap pemenuhan kebutuhan minyak nabati penduduk dunia.

Buktinya, selama periode 2017/2018, pangsa pasar minyak sawit mencapai 31,2 persen dari total pangsa pasar minyak nabati di dunia.

Kebutuhan akan minyak nabati diperkirakan terus meningkat mencapai 226,7 juta ton seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dunia menjadi 8 miliar pada 2025 mendatang.

Baca Juga: Malaysia Telah Lockdown, Dampak Positif bagi Sawit Indonesia?

Angka kebutuhan minyak nabati ini bertambah sebanyak 36,4 juta ton atau sekitar 19 persen dibandingkan periode 2017 lalu yang mencapai 190,22 juta ton. Setiap tahunnya, diperkirakan akan ada penambahan kebutuhan minyak nabati global sebanyak 4,56 juta ton. 

Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Daniel Johan mengatakan, "Dengan tingkat produktivitas tertinggi yakni sebanyak 4 ton per ha dibandingkan minyak nabati lain, menjadikan kelapa sawit sebagai salah satu minyak nabati yang membutuhkan lahan sangat sedikit."

Lebih lanjut, Daniel menegaskan bahwa kampanye deforestasi sawit yang terus digadang-gadang oleh Uni Eropa tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk meremehkan peran penting minyak sawit.

Minyak sawit merupakan solusi atas pemenuhan bahan bakar nabati (BBN) global dalam bentuk biodiesel. Suka atau tidak suka, Uni Eropa harus siap menerima sawit sebagai salah satu sumber energi terbarukan di masa depan.

Data menunjukkan bahwa pertumbuhan biodiesel sawit di Uni Eropa mencapai 143 persen, yang mana angka ini sangat jauh lebih tinggi dibandingkan rapeseed yang hanya 11 persen selama 2011–2016.

Baca Juga: Jangan Cuma Jadi Negara Titipan, CPO Indonesia Harus Punya Power!

Meskipun Uni Eropa menyatakan akan menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai energi terbarukan, namun hingga 2019 lalu Uni Eropa masih menjadi importir minyak sawit terbesar kedua Indonesia.

Data Gapki mencatat, total ekspor minyak sawit Indonesia ke Uni Eropa baik dalam bentuk oleochemical, crude, refined, dan biodiesel pada 2019 yakni sebanyak 5,74 juta ton.

Terakhir, Daniel berharap, "Indonesia sebagai penghasil sawit terbesar dunia harus mampu menjadi pemain dalam konteks penentuan harga. Bursa sawit harus orang-orang Indonesia yang memegang kendali."

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: