Australia Ikut Ragu Soal Penyembunyian Fakta-fakta Wabah Corona oleh China
Australia meragukan kejujuran China soal jumlah korban jiwa maupun kasus infeksi virus corona COVID-19 di negara Tirai Bambu tersebut. Sikap Canberra ini muncul setelah Amerika Serikat tidak percaya dengan data korban yang dilaporkan Beijing.
Kepala petugas medis Australia Profesor Brendan Murphy menolak untuk mengatakan apakah dia percaya dengan data korban yang dilaporkan Beijing. Selama konferensi pers dengan Perdana Menteri (PM) Scott Morrison, dia langsung ditanya apakah dia percaya pemerintah China jujur.
Baca Juga: Pakar Australia Beberkan Alasan Indonesia Terlambat Tutup Wilayah, Imbasnya Akan Terjadi...
Murphy menjawab; “Satu-satunya angka yang saya percayai sepenuhnya adalah angka Australia."
“Saya pikir China berada dalam posisi yang sangat sulit. Mereka melakukan penjepit sangat keras dan mereka menghentikan transmisi. Tetapi populasi mereka tidak kebal," kata Murphy, seperti dikutip news.com.au, Jumat (3/4/2020).
"Mereka masih memiliki banyak orang dalam populasi mereka dan mereka, jelas, berusaha sangat keras untuk mencegah gelombang kedua (pandemi COVID-19). Saya pikir mereka cukup transparan tetapi seperti yang saya katakan, saya hanya percaya diri dengan angka-angka kami," ujarnya.
"Saya tentu saja tidak yakin bahwa angka yang keluar dari AS pun tidak jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan karena tidak ada orang lain di dunia yang melakukan pengujian seperti yang kami miliki."
Jumlah total kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di Australia sekarang mencapai 5.314. Dari jumlah kasus itu, 25 orang di antaranya telah meninggal. Sejauh ini 585 pasien telah disembuhkan.
China telah melaporkan memiliki 81.589 kasus COVID-19 dengan 3.318 orang di antaranya telah meninggal. Sebanyak 76.408 pasien telah disembuhkan.
Sebelumnya, laporan komunitas intelijen AS menyatakan pemerintah China menyembunyikan data sesungguhnya tentang jumlah kasus COVID-19. Berdasarkan sumber tiga pejabat AS yang dikutip Bloomberg, komunitas intelijen menjelaskan dalam laporan rahasia untuk Gedung Putih bahwa jumlah infeksi dan korban meninggal akibat COVID-19 di China tidak diungkap seluruhnya.
“Laporan rahasia itu pun menyimpulkan angka yang diumumkan pemerintah China itu palsu,” papar dua sumber pejabat AS kepada Bloomberg.
Laporan intelijen Amerika itu membuat China marah. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying menegaskan bahwa Beijing telah terbuka dan transparan tentang epidemi virus corona di negaranya dan mengkritik tajam pejabat AS yang meragukan data yang diungkap Beijing.
"Komentar-komentar para politisi AS ini tidak tahu malu dan menjijikkan secara moral. Mereka harus meninggalkan politisasi masalah kesehatan masyarakat seperti itu. Ini tidak bermoral dan tidak manusiawi dan akan dikecam oleh orang-orang di seluruh dunia," kata Hua seperti dilansir Reuters.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: