Pelatihan Online Kartu Prakerja Cuma Untungkan Ruangguru Cs, Cuannya Tembus Rp3,7 T
Institute for Development of Economics and Finance (Indef) melihat pelatihan online di dalam program Kartu Prakerja tidak bersifat inklusif dan hanya menguntungkan aplikator yang dipilih sebagai penyalur program.
Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nailul Huda menyebut ada beberapa alasan mengapa pelatihan online ini tidak bersifat inklusif.
"Pelatihan dilakukan secara online yang notabene tidak tepat dilakukan dengan karakeristik tenaga kerja Indonesia," ujar Huda dalam video conference yang digelar Indef, Rabu (22/4/2020).
Baca Juga: Kritik Pedas ke Belva Bos Ruangguru: 'Dia Mundur Beberapa Langkah untuk Maju Triliunan Langkah'
Menurut Huda, karakteristik tenaga kerja di Indonesia dapat dilihat pada data milik BPS di 2020, yang menyebutkan ada sekitar 40 persen tenaga kerja di Indonesia memiliki jenjang pendidikan SD ke bawah.
"Dengan karakteristik berpendidikan rendah (40 persen SD ke bawah) dan 62 persen generasi nonmilenial, maka saya rasa akses mereka ke teknologi dan internet sangat susah. Hal ini diperkuat beberapa penelitian yang menyebutkan pendidikan yang lebih rendah, dan usia yang lebih tua, mendapatkan kesulitan dalam akses teknologi dan internet," kata Huda.
Mengutip data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pemerintah menggelontorkan dana setidaknya Rp20 triliun untuk program Kartu Prakerja, dengan komposisi total dana insentif sebanyak Rp14,28 triliun, dan total dana pelatihan sebanyak Rp5,6 triliun. Sementara ada delapan mitra yang dipilih pemerintah untuk penyaluran pelatihan, yakni Ruangguru, Bukalapak, Tokopedia, Skill Academy, Kemenaker, Pintaria, Pijar, Sekolah.mu, dan MauBelajarApa.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: