Bocoran Dokumen Intelijen Five Eyes Bikin China Geram, Tak Heran karena Isinya Ungkap...
Pemerintah China mengekpresikan kemarahannya atas laporan media Australia yang memuat bocoran dokumen aliansi intelijen Five Eyes (Lima Mata). Bocoran dokumen 15 halaman itu salah satunya menyebut Beijing sengaja menghancurkan bukti wabah virus corona baru (COVID-19).
Pemerintah yang dikendalikan Partai Komunis China itu mengatakan publikasi tentang dokumen aliansi intelijen Lima Mata (Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Australia dan Selandia Baru) dapat memperburuk ketegangan antara Beijing dan Canberra.
Baca Juga: Media Asing Sebut Gelagat China Seperti Habis Musnahkan Bukti Penyebaran Virus Corona
Luapan kemarahan itu keluar melalui media Partai Komunis China, The Global Times. Dalam laporannya, corong partai itu menulis bahwa outlet media Barat—khususnya yang di Australia—telah kehilangan profesionalisme dan independensi jurnalistik yang mereka nyatakan sendiri.
"Dan sekarang melukai persahabatan yang mendalam antara kedua negara," tulis The Global Times dalam laporannya yang diterbitkan Minggu (3/5/2020).
“Beberapa elite media dan politik Australia telah kehilangan penilaian independen mereka atas kepentingan keseluruhan negara itu dan telah mengadopsi pendekatan yang dipimpin AS untuk mengotori China selama (pandemi) COVID-19. Mereka menyakiti persahabatan yang mendalam antara kedua bangsa dan kepentingan bersama yang telah lama bersatu," lanjut laporan itu Li Haidong, profesor Institute of International Relations of the China Foreign Affairs University.
Reaksi Beijing ini dipicu media Australia, The Saturday Telegraph, yang menerbitkan bocoran dokumen setebal 15 halaman yang disusun oleh Australian Secret Intelligence Service untuk mitra intelijen Lima Mata di AS, Inggris, Selandia Baru, dan Kanada.
Laporan itu mengatakan penyembunyian China tentang COVID-19 pada awal-awal wabah adalah serangan terhadap transparansi internasional.
Dokumen itu menjelaskan bagaimana pihak berwenang China menutupi berita virus tersebut dengan membungkam para dokter whistleblower COVID-19 di negara tersebut.
"Sampel virus diperintahkan dihancurkan di laboratorium genomik, kios pasar satwa liar diputihkan, urutan genom tidak dibagikan secara publik, laboratorium Shanghai ditutup untuk 'perbaikan', artikel akademis menjadi sasaran tinjauan sebelumnya oleh Kementerian Sains dan Teknologi dan data pada 'pembawa diam' asimptomatik dirahasiakan," bunyi salah satu dokumen intelijen tersebut.
Dokumen itu juga menuduh pemerintah China menghancurkan bukti laboratorium dan menolak untuk bekerja sama dengan ilmuwan internasional yang mengerjakan vaksin.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto