Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

OMG! Para Ilmuwan Dibuat Bingung Bukan Kepalang oleh Mutasi Virus Corona, Begini Duduk Perkaranya!

OMG! Para Ilmuwan Dibuat Bingung Bukan Kepalang oleh Mutasi Virus Corona, Begini Duduk Perkaranya! Kredit Foto: Sufri Yuliardi

Mutasi

Lebih lanjut Prof. Amin menjelaskan, perbedaan antara virus Covid-19 di Indonesia dan di negara-negara lain disebabkan adanya mutasi, yaitu perubahan pada materi genetik virus. Karena materi genetik merupakan kode untuk asam amino yang menyusun protein, mutasi berarti perubahan pada protein si virus. 

Mutasi terjadi setiap kali virus memperbanyak diri, dan terjadi secara acak. Lalu terjadi seleksi alam yang di dalamnya bentuk yang paling sesuai dengan lingkungannya akan bertahan.

"Mutasi itu bisa menjadi bagus, bisa menjadi jelek [bagi virus]," ujarnya.

Baca Juga: Anak Buah Sri Mulyani Buka-Bukaan Soal Sumber Uang Negara Buat Tangani Covid-19! Banyak Juga Ya!

Para peneliti di Amerika Serikat dan Inggris telah mengidentifikasi ratusan mutasi virus penyebab Covid-19.

Namun belum ada yang bisa memastikan apa artinya hal ini bagi penyebaran virus di masyarakat saat ini dan seberapa efektif vaksin untuk mengatasinya. Virus memang bermutasi, dan itulah sifat dasar mereka.

Pertanyaannya adalah: mana di antara mutasi ini yang sesungguhnya berpengaruh terhadap kecepatan penyebaran dan memburuknya penyakit?

Riset pendahuluan di Amerika Serikat menyatakan salah satu mutasi - D614G - menjadi dominan dan bisa membuat virus menjadi lebih menular. Riset ini belum diulas oleh sesama ilmuwan dan belum secara resmi diterbitkan.

Para peneliti dari Los Alamos National Laboratory di New Mexico, telah melacak perubahan pada ujung runcing virus yang membuatnya punya bentuk yang unik, dengan menggunakan data yang disebut sebagai Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

Mereka mencatat tampaknya ada sesuatu terkait mutasi yang membuat virus ini tumbuh lebih cepat, namun konsekuensinya belum jelas.

Tim riset ini menganalisis data virus corona dari para pasien di Sheffield, Inggris. Mereka menemukan pasien dengan virus yang sudah bermutasi.

Jumlah virus dalam sampel pasien-pasien itu lebih banyak, tapi para ilmuwan belum menemukan bukti bahwa sakit mereka jadi lebih parah, atau mereka jadi harus tinggal di rumah sakit jadi lebih lama.

Mutasi tidak selalu buruk

Sebuah kajian lain dari University College London mengidentifikasi 198 mutasi berulang pada virus corona.

Salah satu anggota tim peneliti, Profesor Francois Balloux, mengatakan, "Mutasi itu sendiri bukan hal yang buruk dan tidak ada hal apapun yang bisa membuat kita menyimpulkan bahwa SARS-CoV-2 ini bermutasi lebih cepat atau lebih lambat daripada perkiraan kita. Hingga saat ini, kita tak bisa mengatakan apakah SARS-CoV-2 jadi lebih berbahaya atau jadi lebih mudah menular."

Sebuah kajian dari University of Glasgow, yang juga menganalisis mutasi virus ini, mengatakan perubahan-perubahan ini tidak membentuk galur virus baru. Mereka menyimpulkan bahwa hanya satu tipe saja virus yang beredar sekarang ini.

Memonitor perubahan kecil terhadap struktur virus ini penting untuk memahami pengembangan vaksin.

Misalnya pada virus flu, mutasi terjadi dengan cepat sehingga vaksin harus disesuaikan setiap tahun untuk menghadapi galur baru yang beredar.

Pengembangan obat

Banyak vaksin Covid-19 yang sedang dalam pengembangan saat ini mengarah pada ujung runcing khas milik virus itu.

Ide di balik ini adalah: membuat tubuh kita mengenali unsur unik dari ujung runcing itu untuk membuatnya melawan virus itu secara keseluruhan.

Namun apabila ujung runcing itu berubah, maka vaksin yang dikembangkan dengan cara ini menjadi tidak efektif.

Saat ini, semua ini bersifat teoritis. Para ilmuwan tidak punya informasi cukup untuk mengatakan apa arti dari perubahan genome pada virus itu.

Dr Lucy van Dorp, salah seorang dari tim peneliti di UCL mengatakan, kemampuan menganalisis sejumlah besar genome virus ini akan “sangat berharga bagi upaya pengembangan obatnya. Namun, katanya kepada BBC: Saya cinta pada genome, dan hanya itu yang bisa saya katakan.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: