Kinerja emiten kesehatan di tengah pandemi Covid-19 mencatatkan pergerakan positif dan mengalami rebound. Salah satunya anak usaha PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), yakni PT Siloam International Hospitals (SILO). Pada perdagangan Rabu (6/5/2020), saham SILO ditutup menghijau di 5.225,00 per lembar saham, naik 3,47% dibandingkan satu hari sebelumnya.
Analis Pasar Modal Sukarno Alatas belum lama ini mengatakan bahwa kinerja emiten kesehatan akan positif karena saat ini masyarakat mengeluarkan dana untuk prioritas produk dan layanan kesehatan di tengah ancaman virus corona.
Baca Juga: Presiden Komisaris vs Presiden Direktur Berlomba Borong Saham Emiten Konstruksi, Mana Paling Gede?
Apalagi, di tengah ketidakpastian akan vaksin, masa Covid-19 menjadi tidak jelas kapan akan tuntas. Karena itu, prioritas masyarakat akan tertuju bagaimana menjaga kesehatan keluarga sehingga produk layanan kesehatan akan menjadi pilihan pertama di banding konsumsi lainnya.
Karena itu, emiten kesehatan seperti SILO diyakini akan memiliki kinerja positif di tengah kondisi ini dalam jangka panjang. Sukarno menyebut, sektor kesehatan masih menarik karena merupakan segmen bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apalagi, sektor rumah sakit akan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income) bagi SILO, yang juga akan mendorong induknya, yakni LPKR.
"Di saat kondisi kesadaran kesehatan dan antisipasi masyarakat terhadap virus corona meningkat seharusnya sektor kesehatan bisa diuntungkan. Maka ada peluang kinerjanya bisa lebih baik. Untuk jangka panjang, pasti positif," ucap Sukarno kepada media.
Kinerja emiten kesehatan juga didorong kebijakan pembebasan bea masuk yang akan membuat bahan baku obat dan peralatan medis impor menjadi lebih murah. Dengan demikian, rumah sakit atau pusat pelayanan kesehatan tidak mengeluarkan ongkos banyak untuk membelinya. Dengan begitu, Sukarno melihat laba emiten farmasi bakal tumbuh.
Kinerja SILO diyakini juga akan mendorong kinerja LPKR mengingat SILO menghasilkan recurring income yang konsisten. Karena itu, asal bisa memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif.
Data pembukuan LPKR mencatat lebih dari 70 persen pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income alias pendapatan berulang dari SILO yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak, salah satunya disebabkan merebaknya virus corona.
Divisi healthcare dan mal juga tercatat menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat. Pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) yang kuat dari segmen layanan kesehatan dimotori oleh Siloam Hospitals.
Siloam terus membuat kemajuan dalam hal ekspansi dan saat ini mengoperasikan 38 rumah sakit di 28 kota di Indonesia. Pendapatan dari segmen bisnis mal dan lain-lain juga terus naik. "Makin tinggi pendapatan berulang itu akan makin baik. Recurring income tinggi menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat," ujar Sukarno.
Pendiri LBP Institute Lucky Bayu Purnomo kepada media beberapa waktu juga menyarankan agar investor untuk tak berbelanja saham di sektor yang terkena imbas langsung dari penerapan PSBB.
Ia meminta untuk fokus mengejar saham pada sektor yang jelas diuntungkan seperti emiten yang bergerak di pelayanan kesehatan maupun produk kesehatan. Ia merekomendasikan emiten jasa kesehatan seperti PT Siloam International Hospitals (Tbk) atau SILO.
SILO diketahui mencatatkan kinerja positif sepanjang kuartal III 2019 dengan mengantongi pendapatan sebesar Rp5,22 triliun. Pendapatan itu meroket sebesar 18,65 persen dari periode sama tahun lalu di posisi Rp4,4 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum