Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wah, Investor Asing Diyakini Bakal Serbu Lagi Pasar Modal Indonesia

Wah, Investor Asing Diyakini Bakal Serbu Lagi Pasar Modal Indonesia Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kondisi fundamental Indonesia yang cukup baik saat ini dapat membuat para investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market yang menjadi tujuan investasi. Hal tersebut juga didukung dengan tingkat real yield Indonesia yang ditawarkan saat ini sekitar 5,45% dinilai atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya.

 

Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya mengatakan bahwa memang belum ada yang tahu pasti apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mencapai bottom atau belum, karena ketidakpastian dari pandemi Covid-19 masih ada.

 

"Sejarah mencatatkan pasar akan bangkit kembali setelah mengalami keterpurukan dan ini bukan pertama kali pasar mengalami kejatuhan,” katanya saat Market Update online, di Jakarta, Selasa (12/5/2020).  

 

Baca Juga: Akhir Sesi II, IHSG Terkoreksi 1,09%

 

Namun lanjut Ivan, yang lebih penting untuk dicermati adalah waktu recovery ketika IHSG masuk pada bear market. Dari sejarahnya, secara rata-rata IHSG membutuhkan waktu selama 11 bulan untuk recover (pertama kali melewati titik puncak sebelumnya) dengan durasi paling lama selama 18 bulan. 

 

“Perlu diingat bahwa kinerja masa lalu bukan jaminan kinerja masa depan, yang terpenting dalam strategi berinvestasi adalah mencari tahu tujuan Investasi, keadaan cash flow dan profil risiko kita. Seorang investor harus menyadari peta kepribadian dirinya," ungkap Ivan.

 

Baca Juga: Ini Dia Faktor yang Membuat Pasar Modal Tak Bertenaga

 

Ivan menilai, yang terpenting dilakukan investor di masa apapun terutama yang baik dilakukan dengan kondisi saat ini adalah diversifikasi aset.

 

Pada saat ini, Ivan menyarankan investor untuk menyesuaikan alokasi aset portofolionya dengan tujuan untuk menurunkan volatilitas portofolio. Untuk investor dengan profil risiko balanced adalah 30% di reksa dana saham, 35% reksa dana pendapatan tetap, 25% di reksa dana pasar uang, dan 10% di deposito. 

 

Sedangkan untuk investor dengan profil risiko agresif idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60% reksa dana saham, 25% reksa dana pendapatan tetap dan 15% reksa dana pasar uang, dan jangan lupa agar tetap aman investasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Bagikan Artikel: