Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kritik BPJS Naik, Pengamat: Rakyat Udah Susah, Makin Susah Hidupnya

Kritik BPJS Naik, Pengamat: Rakyat Udah Susah, Makin Susah Hidupnya Petugas keamanan berjaga di depan kantor BPJS Kesehatan di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (13/5/2020). Pemerintah akan menaikkan iuran BPJS Kesehatan pada 1 Juli 2020 seperti digariskan dalam Perpres Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Perpres Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan dengan rincian peserta mandiri kelas I naik menjadi Rp150.000, kelas II menjadi Rp100.000 dan kelas III menjadi 42.000. | Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diduga sedang terjepit dan sedang kepepet atau sedang dalam bahaya karena negara banyak utang, APBN defisit, serta penerimaan pajak juga menurun, sehingga sampai menaikan kembali iuran BPJS kesehatan. Dugaan itu dilontarkan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin.

"Artinya negara tak punya uang. Uang negara minus. Suka tidak suka, senang tidak senang Jokowi mengambil kebijakan yang menyebalkan rakyat, yaitu menaikan iuran BPJS," ujar Ujang saat dilansir SINDOnews di Jakarta, Minggu (17/5/2020).

Baca Juga: Pemerintah Mau Naikkan Lagi Iuran BPJS Kesehatan, DPR: Pemerintah Kurang Punya Sense of Crisis!

Ujang juga menduga negara sudah tak kuat membiayai dan membayar jaminan kesehatan warganya untuk program BPJS. Oleh karena itu, yang ditekan dan yang harus membayar akhirnya rakyatnya sendiri. Menurutnya, dengan kenaikan iuran di masa pendemi Corona, menyebabkan rakyat yang sedang susah akan makin susah lagi hidupnya.

"Tidak dinaikkan saja masyarakat sudah berat. Apalagi dinaikkan iurannya di masa Corona," ucapnya.

Lebih jauh Ujang menganggap, dalam negara yang keuangannya sedang kering kerontang, maka tidak ada cara lain, selain pemerintah membebankan biaya kesehatannya kepada warganya. Tidak sampai disitu itu saja, kenaikan ini juga menyebabkan masyarakat tak bisa lagi bernafas.

"Ini memang kebijakan yang membuat rakyat pusing tujuh keliling. Rakyat sudah susah, makin susah lagi hidupnya," tandasnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fajria Anindya Utami

Bagikan Artikel: