PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) belum mau menyerah dengan virus corona (Covid-19) yang menghantam perekonomian Indonesia bahkan dunia. Pasalnya, perseroan hingga saat ini belum merubah target penjualan bersih sebesar 6%-8%, dengan proyeksi pertumbuhan laba bersih sekitar 5%-6% pada 2020.
“Ini masil terlalu awal untuk mereview target kami, karena belum tau kapan covid akan berakhir. Jadi kami masih wait and see dan monitor apa yang terjadi. Mungkin Juli kami akan lihat kembali targetnya,” ujar Direktur Utama Kalbe Farma, Vidjongtius, dalam konferensi pers virtual, di Jakarta, Senin (18/5/2020).
Baca Juga: Buat Vaksin Covid-19, Kalbe Farma Cari Mitra ke China Hingga Eropa
Memang, lanjut Vidjongtius, pada kuartal pertama tahun ini mencatat laba bersih Rp669,3 miliar pada kuartal pertama, jika dibandingkan secara year on year (yoy) periode yang sama tahun 2019 laba bersih tumbuh 12,5% dari Rp559,1 miliar. Dimana, penjualan bersih sebesar Rp5,79 triliun atau meningkat sebesar 8% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,36 triliun.
“Kami perkirakan masuk di kuartal II dampak mulai terasa, dari data lapangan misalnya jumlah pasien reguler yang ke RS mengalami penurunan, dan mobilitas reatif terbatas, jadi makanan dan minuman kita ada dampaknya yang berkaitan dengan pariwisata ada dampaknya,” jelasnya.
Baca Juga: Kalbe Farma Bakal Tebar Dana Ratusan Miliar, Pemegang Saham Dapat Rezeki Nomplok di Tengah Pandemi
Malahan, pihaknya memperkirakan jika pada kuartal kedua tahun ini kemungkinan kinerja perseroan akan mengalami penurunan yang cukup tajam. Oleh karena,perseroan pun tengah mengembangkan produksi serta mencari cara baru untuk memasarkan produknya.
“Skenario terburuk akan negatif, tapi kami manfaatkan platform digital ini jadi alternatif karena banyak costumer yang stay at home. Jadi kami manfaatkan teknologi informasi dan platform yg ada di pasar itu alternatif yang sangat baik, responnya pun sanga baik. Ini yang kami kerjakan supaya dampak covid lebih rendah,” imbuhnya.
Namun, peningkatan penjualan yang cukup pesat terjadi pada vitamin dan suplemen perseroan naik hingga di atas 100%. Meski kontribusi produk tersebut masih sangat kecil, tapi perseroan berharap dengan adanya perubahan pola hidup masyarakat yang lebih peduli kesehatan akan semakin meningkatkan penjualan.
“Potensi ke depan, dengan health awarness makin tinggi, seperti jahe merah, suplemen, vitamin c, kita percaya kontribusi grup ini lebih besar. Untuk 1-2 tahun ini tidak lagi single digit tapi jadi 2 digit. Kita lihat masyarakat aware kesehatan sesimple cuci tangan, lifestyle dijaga dan olahraga. Saya percaya dampak postif akan makin banyak,” pungkas Vidjongtius.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: