Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kuartal I 2020, Kredit BNI Tumbuh 11,2%

Kuartal I 2020, Kredit BNI Tumbuh 11,2% Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 yang mulai merebak di Indonesia pada awal Maret 2020 tidak hanya menekan sektor kesehatan masyarakat, tapi juga memperlambat pertumbuhan perekonomian Indonesia.

Namun, di tengah tantangan serius tersebut, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI tetap mampu mencatatkan kinerja kuartal pertama yang solid, cukup dapat diandalkan sebagai bekal menjalankan bisnis hingga akhir tahun, yang tidak akan mudah, terutama pada penguatan likuiditas dan pengelolaan kualitas aset.

Baca Juga: Jelang Lebaran, BNI Siapkan Rp10,24 Triliun Per Minggu

Tercatat, pada akhir kuartal I 2020, penyaluran kredit BNI tumbuh sebesar 11,2% year on year (YoY), yaitu dari Rp521,35 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp579,60 triliun pada kuartal I 2020. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019, kredit BNI tumbuh 4,1% year to date (YtD).

"Hal ini sejalan dengan strategi BNI yang sangat selektif dalam melakukan ekspansi di tengah pandemi Covid-19," kata Direktur Tresuri dan Internasional BNI, Putrama Wahju Setyawan, di Jakarta, Selasa (19/5/2020).

Adapun peningkatan pinjaman ini ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,4% YoY, yaitu dari Rp575,75 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp635,75 triliun pada kuartal I 2020. Dengan pertumbuhan DPK yang baik ini, BNI memiliki likuiditas yang sehat di mana loan to deposit ratio (LDR) BNI pada kuartal I 2020 tercatat sebesar 92,3%.

Ke depan, BNI melihat pentingnya mengantisipasi potensi tekanan pada likuiditas, yang dipengaruhi oleh adanya penundaan pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bunga dari debitur karena bisnisnya terpengaruh Covid-19, serta tekanan capital outflow dan potensi melemahnya ekspor.

"Dalam kondisi yang sangat menantang seperti ini, likuiditas BNI akan tetap dikelola secara prudent, seperti tercermin pada indikator atau rasio-rasio likuiditas yang seluruhnya telah sesuai dengan ketentuan regulator dan risk appetite internal," ungkapnya.

Dari sisi profitabilitas, Putrama membeberkan, kinerja kredit yang baik mampu mendorong pertumbuhan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) sebesar Rp9,54 triliun atau meningkat 7,7% YoY dibanding periode yang sama tahun 2019 sebesar Rp8,86 triliun.

Kenaikan NII tersebut dikontribusikan oleh kenaikan pendapatan bunga sebesar 3,8% dan penurunan beban bunga sebesar -2,5%. Penurunan beban bunga ini menarik karena disebabkan oleh biaya dana (cost of fund) yang turun sebesar 30 bps. Ini terjadi karena perolehan dana murah (CASA) yang juga meningkat dibanding kuartal I 2019.

Adapun dari sisi beban operasional, strategi efisiensi tetap dilakukan, terutama pada pos biaya variabel, sehingga beban operasional BNI pada kuartal I 2020 dapat tumbuh terkendali sebesar 1,7% YoY.

"Secara keseluruhan, kinerja itu membawa BNI mampu mencatatkan laba bersih pada kuartal I 2020 sebesar Rp4,25 triliun atau meningkat 4,3% YoY dibanding kuartal I 2019 sebesar Rp4,08 triliun," jelas Putrama.

Namun, kinerja solid tersebut tidak membuat BNI kehilangan kewaspadaan terhadap kondisi perekonomian ke depan yang belum dapat diprediksi secara akurat, terutama akibat dampak Covid-19 yang belum dapat diperkirakan akhir penyebarannya.

Terlebih, pada kuartal I 2020, indikasi pengaruh Covid-19 terlihat pada peningkatan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) dari 2,3% pada 2019 menjadi 2,4% pada 2020—meskipun masih jauh di bawah batas maksimal NPL yang ditetapkan regulator sebesar 5%.

"Langkah-langkah penting yang dilakukan BNI selama kuartal I 2020 terutama difokuskan pada penyelamatan aset paling penting perusahaan, yaitu pegawai, agar tetap sehat dan terhindar dari terpaan virus corona. Selain itu, keandalan operasional terus dijaga untuk memberikan kenyamanan bagi nasabah, antara lain melalui kehandalan e-channel serta ketersediaan layanan cabang yang disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin, dan yang terpenting saat ini adalah melakukan restrukturisasi kredit secara prudent dalam rangka meringankan beban debitur yang terkena dampak Covid-19," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: