Pemanfaatan lahan gambut di Indonesia untuk budi daya kelapa sawit menjadi sorotan dan diprotes oleh LSM antisawit. Mereka beranggapan bahwa budi daya sawit akan merusak lahan gambut hingga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK). S
orotan LSM antisawit yang begitu besar, seolah-olah Indonesia memiliki lahan gambut terluas di dunia sehingga high carbon stock (HCS) harus dijaga sebagai stok karbon global dan hanya Indonesia sebagai satu-satunya negara yang mengonversi dan memanfaatkan lahan gambut secara ekspansif untuk sektor pertanian (termasuk kebun sawit) hingga mengakibatkan kerusakan.
Oleh karena itu, tuduhan tersebut perlu dibuktikan dengan menyuguhkan data valid mengenai distribusi dan pemanfaatan lahan gambut yang dilakukan oleh negara lain versus Indonesia.
Baca Juga: No Tipu-tipu! Inovasi SMS BunKaltim Jembatani Petani dengan Harga Sawit
Berdasarkan data Wetland International tahun 2008, luas lahan gambut global sebesar 381,4 juta hektare, tersebar di sebagian besar kawasan Eropa dan Rusia (44,08 persen) dan Amerika (40,5 persen). Berdasarkan urutan, negara dengan lahan gambut terbesar di dunia adalah Rusia (137,5 juta hektare), Kanada (113,4 juta hektare), dan Indonesia (26,5 juta hektare).
Tidak hanya data dari Wetland International, data luas lahan gambut di Indonesia juga relatif bervariasi yaitu 14,9 juta hektare (Ritung et.al.,); 18,3 juta hektare (Kementerian Pertanian); 21 juta hektare (Agus dan Subiksa), dan 26,4 juta hektare (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Meskipun data luas lahan gambut Indonesia cukup bervariasi, berdasarkan data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia bukan negara yang memiliki lahan gambut terbesar dunia.
Konversi lahan gambut untuk dimanfaatkan masyarakat juga berlangsung di seluruh dunia, salah satunya digunakan untuk sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan gambut dunia dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dengan luas mencapai 296,3 juta hektare dan sebagian besar tersebar di kawasan Asia (44 persen), Amerika (39 persen), dan Eropa (11 persen).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: