Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kasus Semakin Tinggi di Jatim, Khofifah: Virus Corona Seperti Pohon Akar Serabut

Kasus Semakin Tinggi di Jatim, Khofifah: Virus Corona Seperti Pohon Akar Serabut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kedua kiri) didampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (kedua kanan), Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Saifudin (kiri) dan Ketua Gugus Tugas Kuratif COVID-19 Jawa Timur Joni Wahyuhadi (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (19/4/2020). Pertemuan yang dihadiri Gubernur Jawa Timur, Wali Kota Surabaya, Plt Bupati Sidoarjo, Plt Sekda Gresik dan sejumlah Forkopimda tersebut membahas rencana penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Kota Surabaya serta sebagian wilayah di Sidoarjo dan Gresik. | Kredit Foto: Antara/Moch Asim
Warta Ekonomi, Surabaya -

Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, menganalogikan masalah pandemi virus corona (Covid-19) sebagai pohon yang berakar serabut, lalu berakar serabut lagi. Dengan demikian, dibutuhkan kedisplinan yang tinggi dan gotong royong untuk mengatasinya.

Jika tidak demikian, kata dia, sulit untuk menghentikan penyebaran Covid-19 di Jatim yang saat ini sudah mencapai 2.942 kasus positif. Angka tersebut merupakan tertinggi kedua di bawah DKI Jakarta. 

"Jadi bisa dibayangkan kalau ini misalnya pohon, masalah akarnya serabut, berakar lagi, dan berakar lagi," terang Khofifah di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, kemarin.

Baca Juga: Pakar: Penyebaran Virus Corona Tak Bisa Dihentikan, Vaksin dan Obat Pun Sulit Dibuat

Menurut Khofifah menuturkan awalnya wagra Surabaya berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG) hanya 21 persen, lalu naik menjadi 26 persen, dan data terakhir naik menjadi 34 persen.

"Kalau OTG 34 persen dan potensial positif, kita bisa membayangkan betapa kewaspadaan kita harus dilipatgandakan. Sekira 34 persen tanpa ada gejala demam, batuk, sesak nafas dan seterusnya tetapi mereka potensial positif," paparnya.

Maka dari itu, sambung Khofifah, masyarakat menjadi wajib pakai masker. Dalam beberapa riset menyebutkan menggunakan masker memberi efektifitas 60 persen terhadap kemungkinan untuk menghentikan penyebaran virus.

Baca Juga: SBY: Gak Perlu Turunkan Jokowi, Sekelas Presiden Mungkin Gak Tahu Ada Penyimpangan Besar di....

Bulan ini ada sebanyak 8 000 Pekerja Migran Indonesia (PMI) kembali ke Jatim karena sebagian besar dari mereka habis kontrak kerjanya. Tadi kemarin ada 133 PMI lagi yang datang di Jatim, lalu satu orang hasil rapit tesnya reaktif. Kemudian dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih labjut.

"Sementara sisanya yakni 132 orang dibawa ke Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Timur untuk dilakukan observasi. PMI ini tidak semua bisa lewat udara, artinya ada yang lewat Serawak, Entikong, Pontianak, pakai perjalanan laut ke Tanjung Emas. Kita jemput dari Tanjung Emas setelah mereka clear rapit tesnya," ucap Khofifah.

Baca Juga: Kasus Corona di Jatim Terus Meningkat

Seluruh proses serah terima dilakukan di Pendopo Kota Surabya. Hal ini dilakukan karena Khofifah ingin memastikan bupati dan wali kota mengetahui ada warganya yang pulang dari negara epicentrum tertentu sehingga harus mengikuti proses observasi di daerah masing-masing.

Hari ini di berbagai media ramai perbincangan mengenai masyarakat ke tempat-tempat belanja dan pasar. Kondisi ini harus dilakukan dengan mekanisme dan manajemen pasar tradisional yang sistemik, jika tidak begitu dipastikan akan terjadi kepadatan yang tidak karuan.

"Di berbagai mal kenapa ramai? Karena memang ada big sale. Produk tertentu diskonnya gede banget. Oleh karena itu jadi daya tarik masyarakat untuk membeli. Ya akhirnya terjadi kerumunan, setiap kerumunan berpotensi terjadinya penyebaran (Covid-19). Kita harus mengantisipasinya dengan menerapkan phsycal distancing yang ketat," tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: