Sepanjang 019, menurutnya, Indonesia justru mengalami surplus perdagangan dengan China.
"Nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China selama 2019 sekitar Rp55,07 triliun dan nilai impor Rp28,68 triliun, sehingga ada surplus Rp26,39 triliun. Pada 2020 (selama Januari-Maret) Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan China sekitar Rp2,41 triliun," jelasnya.
Ketut mengakui Indonesia masih mengimpor beberapa produk pertanian hortikultura, sayuran, dan buah-buahan.
"Pada 2019, impor produk hortikultura untuk kelompok sayuran terutama bawang putih yang mencapai US$547,01 juta, atau Rp7,75 triliun, disusul kentang, kebanyakan dalam bentuk kentang olahan sekitar US$124,89 juta atau setara Rp1,77 triliun dan bawang bombay US$74,55 juta setara Rp1,06 triliun. Sementara impor untuk jenis sayuran bunga kol, brokoli, dan kubis hanya US$7,84 juta (Rp110,96 miliar)," jelas Ketut.
Untuk produk buah-buahan, nilai impor selama 2019 menurut Ketut sebesar US$1,23 miliar (Rp17,38 triliun).
"Impor produk buah-buahan terbanyak adalah anggur US$385,16 juta setara Rp5,45 triliun, disusul apel sebesar US$344,01 juta setara Rp4,87 triliun, jeruk US$259,09 juta setara Rp3,67 triliun, dan pir US$236,35 juta atau setara Rp3,35 triliun," ungkapnya.
Namun, Kementan yang dinahkodai oleh Mentan SYL, ke depan, menurutnya, bekerja keras untuk meningkatkan ekspor produk pertanian.
"Ekspor akan terus ditingkatkan dan ada saat yang sama juga mengurangi impor melalui peningkatan produksi dalam negeri agar melalui surplus perdagangan produk pertanian yang semakin meningkat diharapkan peran sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional semakin nyata," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: