Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kunjungi Kebun Bibit Pala, Mentan SYL: Kita Kuasai Pasar Dunia dengan Teknologi Pertanian

Kunjungi Kebun Bibit Pala, Mentan SYL: Kita Kuasai Pasar Dunia dengan Teknologi Pertanian Mentan SYL mengunjungi kebun bibit pala di Desa Seith Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (30/5/2020). | Kredit Foto: Kementan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta kepada jajarannya melakukan pendampingan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing, dan keunggulan setiap komoditas pertanian termasuk komoditas perkebunan berupa rempah, yaitu pala. Hal itu disampaikan SYL ketika mengunjungi kebun bibit pala di Desa Seith Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah, Sabtu (30/5/2020).

SYL mengatakan bahwa peran dan penguasaan teknologi sangat penting dalam mengakselerasi kemajuan pembangunan perkebunan. Hal itu, menurutnya, karena teknologi sejajar kedudukannya dengan faktor produksi lainnya.

Baca Juga: New Normal, Kementan Bahas Pendidikan Pertanian Bersama Sujiwo Tejo

"Oleh karena itu, kemajuan riset dan teknologi tidak saja dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi, tapi juga menjamin adanya nilai tambah bagi petani," kata SYL.

Salah satu teknologi perkebunan yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri) adalah pala varietas Tidore 1. Varietas ini diklaim memiliki keunggulan yang sama dengan varietas pala Ternate 1. Namun, Tidore 1 lebih tahan terhadap hama penggerek dan penyakit busuk buah. Produktivitas varietas ini rata-rata mencapai 7.500 butir/pohon/tahun.

Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas pala pada tahun 2018 sebesar 543 kg/hektare dan 548 kg/hektare di tahun 2019. Rendahnya produktivitas pala nasional disebabkan sebagian besar perkebunan merupakan perkebunan rakyat. Di samping itu, petani masih menggunakan cara tradisional dan peralatan seadanya dalam pengolahan dan pascapanen.

"Transformasi teknologi kepada petani sudah keharusan. Sekarang era digital. Pendampingan-pendampingan, bimbingan teknis tentang bagaimana cara budi daya harus menyesuaikan zaman. Apalagi di situasi seperti ini, pembatasan tatap muka. Maka, kita harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah," ujar SYL.

Untuk diketahui, kebutuhan pala di dunia hampir separuhnya dipenuhi dari Indonesia. Volume ekspor pala Indonesia dalam kurun 2018, masih menurut data Ditjen Perkebunan, sebanyak 20.202 ton setara dengan US$111,69 juta.

Sementara itu, Badan Karantina Pertanian Ambon mencatat, pengiriman komoditas pala yang berasal dari petani Ambon, Maluku Tengah dan Tual dengan tujuan Surabaya dan Jakarta sepanjang tahun 2020 sebanyak 106,1 ton denganĀ  frekuensi 19 kali.

Mentan Syahrul menegaskan bahwa sektor pertanian menjadi tulang punggung di saat pandemi seperti ini.

"Saya mengajak kepada gubernur, bupati, camat, sampai kepala desa, petani, dan pelaku usaha pertanian agar tetap beraktivitas, berproduksi dengan tetap menjalankan potokol kesehatan untuk menyediakan pangan dalam negeri," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: