Terbukti dahsyat, kehadiran Covid-19 telah melumpuhkan pergerakan sektor industri kecil hingga industri raksasa domestik dan global. Tidak hanya itu, kehidupan masyarakat ikut kacau-balau akibat serangan infeksi Covid-19 yang terus menggila.
Meskipun dihadang wabah penyakit yang demikian dahsyat, Direktur Eksekutif PASPI, Tungkot Sipayung, menilai industri perkebunan kelapa sawit saat ini justru menjadi lokomotif perekonomian. Tak dapat dimungkiri, Covid-19 telah menyebabkan permintaan dan perdagangan global lesu. Akan tetapi, potensi dan manfaat kelapa sawit yang besar menjadikan kelapa sawit imun terhadap Covid-19.
Baca Juga: Hadapi Tantangan Covid-19, Wamendag: Ekspor Sawit Masih Prospektif!
Imunitas kelapa sawit di tengah pandemi dan lockdown dibuktikan dengan kegiatan perkebunan yang tetap beroperasi. Selama matahari masih bersinar, tanaman kelapa sawit tidak akan berhenti berproduksi dan terus menghasilkan minyak sawit.
Berbekal kondisi tersebut, tidak mengherankan jika industri perkebunan kelapa sawit hingga saat ini tidak mencatatkan adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau "merumahkan" karyawan perusahaannya. Padahal, sejumlah sektor industri lain termasuk industri yang mengandalkan impor bahan baku sebagai motor penggerak perusahaan telah banyak melakukan PHK bagi karyawannya.
Sementara itu, Tungkot juga menilai bahwa masyarakat yang berdomisili di sekitar perkebunan kelapa sawit tidak perlu khawatir terhadap krisis pangan selama pandemi. "Perkebunan sawit memang tidak menghasilkan pangan, tapi kehadiran mereka mendorong tumbuhnya sentra produksi pangan di sekitarnya, misalnya produksi pangan, hortikultura, ternak, dan ikan. Ada simbiosis mutualisme antar mereka. Terjadi inter-trade secara lokal," terang Tungkot.
Lebih lanjut Tungkot mengatakan, ekspor minyak sawit dan produk turunannya di kala pandemi tetap tinggi. Bahkan, volume ekspor pada April 2020 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dikonfirmasi data Gapki, pada April 2019, volume ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya tercatat 2,44 juta ton, sedangkan pada April 2020 tercatat sebanyak 2,65 juta ton.
Diakui Tungkot, pada kuartal I-2020, produksi minyak sawit turun dibandingkan periode yang sama tahun 2019. "Produksi minyak sawit turun bukan karena Covid, tapi karena dampak kemarau tahun lalu," ungkap Tungkot.
Kendati demikian, nilai ekspor sawit pada caturwulan I-2020 menguat 9,2% menjadi US$6,96 miliar, dibandingkan sebelumnya yang senilai US$6,37 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum