Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Jadinya saat Petani Vietnam Pilih Bertani di Malam Hari

Begini Jadinya saat Petani Vietnam Pilih Bertani di Malam Hari Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Hanoi -

Ada fenomena baru yang terjadi pada para petani padi di Vietnam belum lama ini. Ya, penduduk Negeri Bintang Emas yang bergerak di sektor pertanian padi kini rutin menanami sawah mereka pada malam hari.

Dilansir dari laman Instagram World Economic Forum, sebuah video tentang fenomena petani padi Vietnam yang bertani malam hari kini jadi sorotan publik.

Baca Juga: Vietnam Ngaku Masih Ogah Buka Pariwisata, Bisa Dicontoh!

Kegiatan tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini mengingat gelombang cuaca panas pada siang harivmencapai 40 derajat Celcius. Tahun lalu, Vietnam mencatatkan suhu tertinggi pada rekor 43,4 derajat celcius.

Akibat kondisi cuaca itu pula yang menjadikan para petani di sekitar kota Hanoi harus memulai kegiatan bertani padinya dalam suasana gelap di malam hari.

"Cuaca baru-baru ini sangat ekstrem di mana terjadi gelombang panas yang berkepanjangan. Kami tidak bisa berbuat banyak di siang hari. Jadi kami bersiap di siang hari dan kemudian menanam padi di malam hari sekitar jam 1 atau 2 pagi agar bisa lebih efektif. Karena sekitar jam 8 pagi panasnya tak tertahankan," ungkap salah seorang petani padi Vietnam bernama Le Van Ha.

Meski secara produktivitas mereka telah berkurang setengahnya karena bekerja dalam kegelapan, tetapi petani dapat bekerja lebih lama daripada saat siang hari dengan terik yang membakar mereka.

Menanam di malam hari juga mencegah tanaman layu akibat terpapar panasnya cuaca di siang hari.

"Aku tidak bisa menahan panas seperti sebelumnya, itu sudah pasti. Kita bahkan tidak bisa memanennya kalau bukan karena mesin. Jika aku harus memanen tanaman secara manual seperti sebelumnya, maka pasti aku akan meninggalkannya. Itu terlalu panas," ujar petani padi lainnnya, Thai Hong Ngoc.

Pertanian adalah sektor yang paling penting di Vietnam. Sektor pengolahan tanah ini mempekerjakan lebih dari setengah populasi di negeri tersebut.

Oleh karenanya hal ini sangat beralasan mengingat bagi mereka beras adalah berkah dari Tuhan dan pangan utama jutaan penduduk Vietnam dengan angka ekspor beras mereka mencapai 7 juta ton per tahun.

Sayangnya, ketergantungan Vietnam pada pertanian membuatnya rentan terhadap perubahan iklim. Momen kekeringan parah pada tahun 2016 lalu telah menelan kerugian US$670 juta bagi negara ini.

Saat Indonesia dan Filipina bergantung pada produksi beras Vietnam, justru penurunan angka produksi dapat menyebabkan kelaparan di seluruh wilayah.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Muhammad Syahrianto

Bagikan Artikel: