Misalkan seorang investor menyetor USD15.000 dan margin perawatan adalah 50% atau USD7.500. Jika ekuitas investor turun di bawah USD7.500, investor dapat menerima margin call.
Pada titik ini, investor diwajibkan oleh broker untuk menyetor dana untuk membawa saldo di akun ke margin pemeliharaan yang diperlukan. Investor dapat menyimpan uang tunai atau menjual sekuritas yang dibeli dengan uang pinjaman. Jika investor tidak mematuhi, broker dapat menjual investasi yang dimiliki oleh investor untuk mengembalikan margin pemeliharaan.
Sekalipun demikian, tetap saja terdapat risiko dalam buying on margin. Harga saham kapan saja selalu dapat mengalami penurunan. Secara hukum , broker tidak akan diperkenankan membiarkan nilai agunan turun di bawah persentase tertentu dari nilai pinjaman. Jika saham turun di bawah jumlah yang telah diatur, broker akan memaklumatkan margincall pada saham pemilik.
Buying on margin dapat mengembalikan saham dalam jumlah yang besar. Namun perlu diperhatikan risiko kehilangan investasi awal. Seperti halnya pembelian saham ada risiko, namun tatkala menggunakan uang pinjaman, risiko dapat berlipat ganda. Karena itulah buying on margin biasanya bukan ide yang disarankan untuk investor pemula dan kebanyakan investor berpengalaman lebih mampu menghadapi risiko.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: