Executive Director Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai penyelidikan terhadap kasus kebocoran data haruslah dilakukan secara seimbang.
Pertama, bukan semata siapa atau pihak mana yang membocorkan. Namun, perlu juga diselidiki di mana letak kebocoran datanya.
"Saya pikir kan sering kali data-data nomor dan pengguna telekomunikasi dibocorkan. Dari kubu manapun itu yang mengungkap, perlu diinvestigasi kebocoran di mana karena kan sampai alamat dan IMEI diketahui," ujarnya ketika dihubungi Warta Ekonomi, Jumat (10/7/2020).
Baca Juga: Data Tokopedia Bocor di Medsos, Apa Kata Pakar Keamanan Siber?
Heru juga menilai pengungkapan data pribadi dari pelaku pembocoran data tidaklah perlu. Sayangnya, praktik ini masih saja terjadi.
"Bahkan, yang dianggap membocorkan data malah datanya juga dibuka ke publik, sedang ada di mana, anaknya, istrinya, perusahaannya," tuturnya.
Akibatnya, ini menimbulkan iklim yang tidak sehat di ranah perlindungan data pribadi.
"Siapa pun yang melakukan ini sudah tidak sehat. Dan perlu Kominfo dan Badan Siber Sandi Negara (BSSN) menjawab kegundahan publik di mana kebocoran terjadi," tandas Heru.
Kasus kebocoran data belakangan menjadi marak terjadi. Mulai dari kebocoran data pengguna e-commerce, dugaan data pasien Covid-19 hingga kebocoran data pegiat media sosial Denny Siregar.
Dalam kasus Denny, Heru mengimbau agar tidak terburu-buru menyalahkan operator.
"Tidak bisa juga dengan mudah menyampaikan tak ada kebocoran, tapi tidak tahu di mana bocornya. Kita semua harus tahu. Agar juga jika tidak salah, operator telekomunikasi jangan jadi bulan-bulanan karena dianggap membocorkan data pengguna," pungkas Heru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bernadinus Adi Pramudita
Editor: Rosmayanti