Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Krisis-krisis Keuangan Paling Menghancurkan Dunia

Krisis-krisis Keuangan Paling Menghancurkan Dunia Fenomena Great Depression 1929-1939. | Kredit Foto: History
Warta Ekonomi, Jakarta -

Banyak dari kita masih ingat runtuhnya pasar perumahan Amerika Serikat pada tahun 2006 dan krisis keuangan berikutnya yang mendatangkan malapetaka pada AS dan di seluruh dunia.

Sayangnya, krisis keuangan cukup umum dalam sejarah dan sering menyebabkan tsunami ekonomi di negara-negara yang terkena dampak.

Dikutip Warta Ekonomi dari The Britannca, Selasa (14/7/2020), di bawah ini Anda akan menemukan deskripsi singkat tentang lima dari krisis keuangan yang paling dahsyat di zaman modern.

1. Krisis Kredit 1772

Krisis ini berasal dari London dan dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa. Pada pertengahan 1760-an, Kerajaan Inggris telah mengumpulkan banyak sekali kekayaan melalui kepemilikan dan perdagangan kolonialnya.

Ini menciptakan aura optimisme berlebihan dan periode ekspansi kredit yang cepat oleh banyak bank Inggris. Kegemparan itu berakhir mendadak pada 8 Juni 1772, ketika Alexander Fordyce —salah satu mitra rumah perbankan Inggris, Neal, James, Fordyce, dan Down— lari ke Prancis untuk menghindari pelunasan utangnya.

Berita itu dengan cepat menyebar dan memicu kepanikan perbankan di Inggris, ketika para kreditor mulai membentuk antrean panjang di depan bank-bank Inggris untuk menuntut penarikan tunai instan. Krisis berikutnya dengan cepat menyebar ke Skotlandia, Belanda, bagian lain Eropa, dan koloni-koloni Inggris-Amerika.

Sejarawan telah mengklaim bahwa dampak ekonomi dari krisis ini adalah salah satu faktor penyumbang utama terhadap protes Tea Party Boston dan Revolusi Amerika.

2. The Great Depression of 1929-1939

Ini adalah bencana keuangan dan ekonomi terburuk pada abad ke-20. Banyak yang percaya bahwa Depresi Hebat dipicu oleh kehancuran Wall Street 1929 dan kemudian diperburuk oleh keputusan kebijakan pemerintah AS yang buruk.

Depresi berlangsung hampir 10 tahun dan mengakibatkan hilangnya pendapatan besar-besaran, rekor tingkat pengangguran, dan kehilangan hasil, terutama di negara-negara industri. Di Amerika Serikat tingkat pengangguran mencapai hampir 25 persen pada puncak krisis pada tahun 1933.

3. Guncangan Harga Minyak OPEC 1973

Krisis ini dimulai ketika negara-negara anggota OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) --terutama terdiri dari negara-negara Arab-- memutuskan untuk membalas terhadap Amerika Serikat sebagai tanggapan atas pengiriman pasokan senjata ke Israel selama Perang Arab-Israel Keempat.

Negara-negara OPEC menyatakan embargo minyak, dengan tiba-tiba menghentikan ekspor minyak ke AS dan sekutunya. Hal ini menyebabkan kekurangan minyak besar dan lonjakan harga minyak yang parah dan menyebabkan krisis ekonomi di AS dan banyak negara maju lainnya.

Apa yang unik tentang krisis berikutnya adalah terjadinya simultan dari inflasi yang sangat tinggi (dipicu oleh lonjakan harga energi) dan stagnasi ekonomi (akibat krisis ekonomi).

Akibatnya, para ekonom menyebut era itu sebagai periode "stagflasi" (stagnasi plus inflasi), dan butuh beberapa tahun agar output pulih dan inflasi turun ke tingkat sebelum krisis.

4. Krisis Asia 1997

Krisis ini berasal dari Thailand pada tahun 1997 dan dengan cepat menyebar ke seluruh Asia Timur dan mitra dagangnya.

Aliran modal spekulatif dari negara-negara maju ke ekonomi Asia Timur seperti Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Korea Selatan (yang kemudian dikenal sebagai "macan Asia") telah memicu era optimisme yang menghasilkan kredit yang berlebihan dan akumulasi utang terlalu banyak di negara-negara tersebut.

Pada Juli 1997 pemerintah Thailand harus meninggalkan nilai tukar tetapnya terhadap dolar AS yang telah dipertahankannya begitu lama, dengan alasan kurangnya sumber daya mata uang asing. Hal itu memicu gelombang kepanikan di pasar keuangan Asia dan dengan cepat menyebabkan pembalikan investasi asing miliaran dolar.

Ketika kepanikan merebak di pasar dan para investor semakin waspada terhadap kemungkinan kebangkrutan pemerintah-pemerintah Asia Timur, kekhawatiran akan kehancuran keuangan di seluruh dunia mulai menyebar.

Butuh bertahun-tahun untuk semuanya kembali normal. Dana Moneter Internasional harus turun tangan untuk membuat paket bailout untuk ekonomi yang paling terkena dampak untuk membantu negara-negara tersebut menghindari default.

5. Krisis Keuangan 2007

Ini memicu Resesi Hebat, krisis keuangan paling parah sejak Depresi Hebat, dan itu mendatangkan malapetaka di pasar keuangan di seluruh dunia.

Dipicu oleh runtuhnya gelembung perumahan di AS, krisis mengakibatkan runtuhnya Lehman Brothers (salah satu bank investasi terbesar di dunia), membawa banyak lembaga keuangan dan bisnis utama ke jurang kehancuran, dan membutuhkan dana talangan pemerintah proporsi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Butuh hampir satu dekade untuk kembali normal, menghapus jutaan pekerjaan dan miliaran dolar sepanjang jalan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Muhammad Syahrianto
Editor: Muhammad Syahrianto

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: