Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Sebelum Singapura, Resesi Sudah Terkam Negara Benua Biru-Kuning

Sebelum Singapura, Resesi Sudah Terkam Negara Benua Biru-Kuning Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar

Italia dan Inggris

Negara Eropa lainnya yang juga masuk dalam fase resesi adalah Italia. Negeri Pizza ini mencatat pertumbuhan ekonomi minus 0,3% di kuatal IV-2019. Lalu tren pertumbuhan yang negatif ini berlanjut di kuartal I-2020, menjadi minus 4,7.

Sementara Inggris dikabarkan tengah memamasuki kondisi ekonomi yang amat suram dalam 300 tahun terakhir ini. Selain harus menghadapi dampak akibat virus Corona, negeri Ratu Elizabeth ini juga menghadapi kebijakan Brexit, keluar dari keanggotaan Uni Eropa, yang mulai berlaku 31 Januari 2020.

Di kuartal I 2020, pertumbuhan ekonomi Inggris tercatat minus 2,2%. Sebelumnya pada kuartal IV-2019, ekonomi negara monarki ini tidak bergerak alias tumbuh 0%. Memasuki kuartal II tahun ini kondisi ekonomi Inggris diprediksi akan makin parah.

Bank of England mencatat hingga Mei lalu saja ekonomi Inggris sudah menyusut 14% dibandingkan pertumbuhan tahun lalu. Ini merupakan penyusutan tahunan terbesar sejak 1706. Yang lebih mengerikan lagi, pertumbuhan PDB Inggris pun diramal anjlok hingga 25% hingga akhir Juni 2020.

Negara Asia

Lalu bagaimana dengan negara-negara di Asia? Jika berpatokan pada ekonomi China, maka negeri ini tengah dalam kondisi yang fluktuatif. Di kuartal IV-2019, China masih bisa tumbuh 6%. Meski demikian, pertumbuhan ini tergolong rendah karena biasanya pertumbuhan ekonomi China ada di kisaran 8%. Di kuartal I-2020, ekonomi China mengalami kontraksi yang cukup dalam minus 6,8%.

Inilah kali pertama pertumbuhan ekonomi China negatif sejak 1990. Di kuartal II ini diprediksi ekonomi China mulai membaik. Pertumbuhan ekonomi Negara Panda itu diperkirakan akan mencapai 1,5% hingga 2%.

Kekuatan ekonomi Asinya lainnya, Jepang, juga sudah masuk jurang resesi. Dalam dua kuartal berturut-turut Negeri Sakura ini mengalami pertumbuhan yang negatif. Di kuartal IV-2019 pertumbuhan ekonomi Jepang minus 1,9%. Lalu dilanjutkan di kuartal I-2020, minus 0,6%.

Kontraksi terjadi akibat kenaikan pajak dan topan yang menghantam Jepang pada akhir 2019 lalu. Tekanan semakin menjadi setelah penyebaran virus corona. Virus telah menginfeksi lebih dari 17 ribu orang di Jepang. Sekitar 900 orang di antaranya meninggal.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: