Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Komoditas Andalan Ekspor di Masa Pandemi, Sawit Terkuat

Komoditas Andalan Ekspor di Masa Pandemi, Sawit Terkuat Pekerja mengangkut tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Muara Sabak Barat, Tajungjabung Timur, Jambi, Jumat (10/7/2020).Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat permintaan produk sawit dunia mulai bergerak naik yang ditandai naiknya harga Crude Palm Oil (CPO) pada Juli 2020 menjadi 662 dolar AS per metrik ton dibandingkan bulan sebelumnya yakni 569 dolar AS. | Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan bahwa sepuluh komoditas Indonesia berorientasi pasar penjual (seller market) sangat mungkin menggerek kinerja perdagangan di tengah pandemi, salah satunya minyak sawit mentah (crude palm oil). Komoditas ini menguasai pangsa pasar dunia sebesar 53%.

Bukan hanya sawit, sarang burung wallet juga merupakan produk seller market dengan pangsa 47,8%. Kemudian ada cengkih dengan pangsa pasar 36,1% serta nikel dengan pangsa pasar 28%. Produk seller market lainnya adalah oleo chemical, margarin, cocoa butter, tisu, timah, dan flooring dari kayu.

Baca Juga: 2 Komoditas Ini yang Kerek Ekspor RI sampai Meroket 15%

Melihat potensi produk di atas, Agus pun meminta kepada seluruh pelaku usaha dan masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah bergerak cepat dalam meningkatkan dan menjaga ekspor Indonesia di pasar global.

"Kita harus bergerak cepat, tidak ada lagi waktu untuk saling menunggu. Peran aktif seluruh pelaku usaha dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia di pasar global. Banyak hal yang bisa kita gali dan kembangkan untuk peningkatan ekspor," ucapnya di Jakarta, Rabu (22/3/2020).

Agus pun menyampaikan sejumlah tantangan besar yang dihadapi perdagangan global saat ini. Antara lain, perubahan perilaku konsumen yang kini menjadi lebih selektif dalam memilih produk dan mengutamakan produk yang higienis, serta perubahan pola perdagangan yang berkembang ke sektor niaga elektronik (e-commerce).

Tantangan lainnya kata dia yaitu meningkatkan praktik proteksionisme dan hambatan perdagangan; sulitnya penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan antarnegara di masa pandemi Covid-19; serta besarnya potensi defisit dan resesi ekonomi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

"Pemerintah telah memiliki sejumlah strategi peningkatan ekspor Indonesia ke pasar global yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu jangka pendek, menengah, dan jangka panjang," ungkapnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, nilai perdagangan Indonesia periode Januari-Juni 2020 mengalami surplus sebesar US$5,50 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang defisit US$1,87 miliar.

Pada periode Januari-Juni 2020, nilai ekspor nonmigas mencapai US$72,43 miliar. Negara tujuan ekspor utama Indonesia yaitu Tiongkok sebesar 17,71%, Amerika Serikat 11,68%, Uni Eropa 8,91%, Jepang 8,68%, India 6,55%, dan Singapura 6,36%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum

Bagikan Artikel: