Pemerintah tengah mendorong penyelesaian perpanjangan Generalized System of Preference (GSP) untuk mendongkrak ekspor ke Amerika Serikat (AS). Fasilitas kemudahan ekspor tersebut diharapkan tuntas dalam waktu dekat.
Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, menilai, GSP sangat penting karena dengan skema ini Indonesia mendapatkan pengurangan tarif sehingga diharapkan mendorong volume ekspor. Menurutnya, dampaknya cukup baik. Berdasarkan data pada tahun 2018, nilai ekspor dari pos tarif yang mendapatkan fasilitas GSP naik 10 persen dari US$1,9 miliar menjadi US$2,2 miliar. Pada tahun lalu meningkat lagi hingga lebih dari US$2,5 miliar.
Baca Juga: Komoditas Andalan Ekspor di Masa Pandemi, Sawit Terkuat
Jerry mengakui masih ada hambatan dalam percepatan perundingan GSP. Salah satunya permintaan AS agar Indonesia mengubah kebijakan data transaksi dagang dan impor hortikultura. Meski begitu, dia yakin hal tersebut bisa diselesaikan dengan baik.
"Ada banyak isu dalam pembahasan GSP ini. Sebagian besar sudah kita selesaikan, tinggal dua itu. Jadi, kita optimis yang dua itu juga bisa kita selesaikan," ujar Jerry, Kamis (23/7/2020).
Upaya penyelesaian isu-isu GSP telah dilakukan secara maraton baik secara internal maupun dengan mitra, dalam hal ini AS. Perundingan sudah digelar sejak akhir 2019. Seperti diketahui, ASĀ melakukan peninjauan kembali (review) terhadap negara-negara penerima fasilitas GSP, termasuk Indonesia. Perundingan sempat terhambat karena adanya pandemi Covid-19, tetapi kemudian segera dilanjutkan kembali.
Jerry menekankan perlunya keseimbangan kepentingan pada kedua negara. AS, menurut Jerry, juga berkepentingan dengan banyak produk-produk Indonesia yang mempunyai keunggulan komparatif maupun kompetitif. Mereka ingin produk-produk AS juga lebih mudah masuk ke Indonesia.
Jadi, keuntungannya ada di kedua belah pihak. Bukan hanya adanya kemudahan eksportir Indonesia, melainkan juga sebenarnya Amerika Serikat diuntungkan. Produk-produk hortikultura, dairy, kedelai, dan lain-lain dari Amerika itu volumenya besar.
"Dengan GSP, ekspor-impor kedua negara akan berjalan lebih baik," imbuh Jerry.
Menurut Jerry, prinsip resiprokal tersebut selalu ditekankan Presiden Joko Widodo dalam setiap perundingan. Indonesia memahami AS ingin mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, Indonesia juga ingin keuntungan dari negara mitra.
"Prinsip ini sesuai dengan paradigma terbaru perdagangan internasional yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Jadi, baik dalam proses, hasil, maupun dampaknya harus mencerminkan keadilan itu," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Agus Aryanto
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: